Materi Pembelajaran Kelas VIII SMP
Oleh: Drs. H. A. Suchaimi, MA
GPAI UPT SMPN 5 Gresik
KOMPETENSI
(DASAR PENGETAHUAN) |
3.9 Memahami
tata cara puasa wajib dan sunah |
KOMPETENSI
DASAR (KETRAMPILAN) |
4.9. Menyajikan hikmah pelaksanaan puasa
wajib dan puasa sunah |
1. Pengertian.
Menurut bahasa (lughawy), kata Puasa dari bahasa arab Shoum
atau shiyam, yang berarti imsak atau menahan diri.
Menurut istilah syar’iy, Puasa adalah menahan diri dari
segala sesuatu yang membatalkan puasa, dimulai sejak terbit fajar (subuh)
sampai terbenamnya matahari (maghrib) dengan ketentuan tertentu.
Orang yang berpuasa harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang meliputi
syarat, rukun, sunnah dan hal-hal yang membatalkan puasa, dengan rincian
sebagai berikut :
2. Syarat Wajib Puasa.
Yang disebut Syarat Wajib Puasa ialah ketentuan-ketentuan yang jika
dipenuhi, maka seseorang wajib berpuasa. Jika tidak terpenuhi salah satunya
atau seluruhnya, maka tidak wajib berpuasa.
Syarat-syarat Wajib Puasa meliputi :
1). Beragama Islam
2). Baligh
3).
Berakal sehat (tidak sedang gila, mabuk, atau hilang akal)
4). Kuat /
sanggup Berpuasa
5).
Mengetahui masuknya awal bulan / hilal (khusus puasa Romadhon)
3. Syarat Sah Puasa.
Yang
disebut Syarat Sah Puasa
ialah ketentuan-ketentuan yang jika dipenuhi, maka puasanya menjadi sah,
dan jika tidak terpenuhi salah satunya atau seluruhnya, maka puasanya tidak
sah.
Syarat Sah Puasa meliputi
:
1).
Tetap beragama Islam selama berpuasa (jika di tengah berpuasa ia murtad, maka
puasanya tak sah)
2).
Mumayyis (pintar, artinya dapat membedakan antara baik dan buruk)
3).
Suci dari haidh dan nifas (khusus bagi wanita)
4).
Berpuasa pada waktunya (yakni di hari-hari yang diperbolehkan untuk berpuasa.
Bukan di hari-hari yang dilarang untuk berpuasa, seperti di hari raya idul
fitri dan adha)
4. Rukun Puasa
Rukun puasa ada dua :
1). Niat puasa. (Diucapkan di malam harinya,
sebelum fajar)
2).
Menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar sampai
terbenam matahari.
5. Hal-hal Yang Disunnahkan Dalam Puasa
Hal-hal yang sunnah dilakukan selama
menjalankan puasa antara lain :
1).
Menyegerakan berbuka puasa (Ta’jil)
2).
Makan sahur sesudah tengah malam, terutama menjelang waktu imsak.
3).
Berbuka dengan makanan yang manis manis (buah korma dan sejenisnya)
4).
Berdo’a ketika berbuka, seperti yang dilakukan Rosululloh SAW :
اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ ذَهَبَ
الظَّمَأُ وَابْتَلَتِ الْعُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلاَجْرُ اِنْ شَاءَ اللَّهُ
ارتيپا : "يا الله, اونتوءمو اكو بّڤواسا, دان دڠان ريزقي ڤّمبّريانمو اكو بّربوكا. داهاݤا تّلاه هيلاڠ دان سّلوروه اورات توبوه تلاه باساهز موداه-موداهان ديبّري ڤاهالا. إنْ شَاءَ الله "
5).
Memperbanyak tilawah al-Quran
6)
Memperbanyak sedekah kepada fakir miskin
7).
Memberi makan orang yang berpuasa
8).
Menghindarkan diri dari segala ucapan kotor dan perbuatan yang menyakitkan hati
orang..
6. Batalnya Puasa
Orang
yang puasanya batal, maka ia wajib meng-qodho’ (mengganti) puasanya di hari
lain.
Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain :
1). Makan dan minum dengan sengaja. Jika
tidak di sengaja (misalnya lupa), maka puasanya tidak batal.
2).
Bersetubuh. Jika bersetubuh sewaktu
sedang berpuasa Romadhon, maka ia wajib meng-qadha’ puasanya dan harus
membayar kafarat (denda). Kafaratnya ada tiga tingkatan:
a). memerdekan budak. Jika tak mampu memerdekakannya,
maka
b). berpuasa selama dua bulan (60 hari) berturut-turut. Jika tak mampu melakukannya,
maka
c). bersedekah dengan makanan yang
mengenyangkan kepada 60 fakir-miskin, tiap orang 1 mud (6 ons).
3). Sengaja mengeluarkan mani/sperma, atau
bermesra-mesraan hingga keluar mani.
4). Muntah dengan sengaja..
5).
Keluar darah haidh (menstruasi), wiladah (melahirkan), nifas
(darah yang keluar akibat melahirkan)
6).
Gila.
7. Orang-Orang Yang
Boleh Tidak Berpuasa Romadhon
Orang-orang berikut ini semestinya wajib berpuasa
romadhon, akan tetapi ia boleh berbuka atau meninggalkan puasanya karena ada udzur
syar’iy:
1). Musafir, yaitu orang yang
bepergian jauh ± 80,640 km. Ia wajib mengqodho’ puasanya di hari lain.
2). Orang yang hamil dan meyusui.
a. Jika tidak berpuasa itu alasannya demi
kebaikan/kesehatan dirinya, maka ia hanya wajib meng-qodho’ puasanya di
hari lain.
b. Jika alasannya demi kebaikan/kesehatan anaknya, maka
ia wajib : meng-qodho’ puasanya dan membayar fidyah, yakni
memberi makan kepada fakir-miskin (perharinya + 6 ons beras/makanan yang
mengenyangkan) sejumlah hari yang ditinggalkan.
3). Orang sakit yang tidak kuat berpuasa,
tetapi masih dapat diharapkan kesembuhannya, maka wajib meng-qodho’
puasanya di hari lain.
4). Orang yang tidak kuat berpuasa
karena sangat tua, atau karena sakit berkepanjangan (permanen)
dan tidak dapat diharapkan kesembuhannya. Baginya, cukup mengganti puasa dengan
membayar fidyah sejumlah hari yang ditinggalkan.4
Begitulah aturan hukum Islam yang begitu sangat luwes
memberikan kemudahan-kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan, agar dapat
melaksanakan puasa sesuai dengan kemampuannya.
8. Macam-Macam Puasa
Dipandang
dari segi hukum, puasa ada 4 macam, yakni puasa wajib, puasa sunnah, puasa
haram dan puasa makruh.
Puasa
wajib meliputi: puasa ramadhan, qodho’, nadzar, dan kafarat. Puasa
sunnah meliputi: puasa Senin Kamis;
bulan Syawal; Tarwiyah;
Arafah; Tasu'a'; ‘Asyura’; bulan
Muharram; Baidh / tengah bulan; Dawud; bulan Sya'ban; bulan Rajab. Puasa haram
meliputi : hari tasyrik; idul fitri; idul adha; hari
syak; wishol.
Pembahasan
ini difokuskan pada 2 macam puasa, yakni puasa wajib dan sunnah.
9. Hikmah Berpuasa
Allah swt.
mewajibkan kita berpuasa karena ada manfaat dan hikmah yang dapat kita peroleh
dalam kehidupan kita, diantaranya
1). Keseimbangan kebutuhan jasmani dan
rohani.
2). Salah satu cara mendekatkan diri kepada
Allah swt.
3). Menjaga kesehatan tubuh.
4). Upaya dalam mengendalikan diri dan hawa
nafsu.
5). Meningkatkan kepekaan sosial.
6). Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
B. PUASA WAJIB
Yang dimaksud Puasa Wajib ialah puasa yang harus dikerjakan. Jika ditinggal-kan maka berdoa.
Puasa Romadhon adalah puasa wajib yang harus dikerjakan setiap datang bulan
Romadhon, selama sebulan penuh.
Hukum. Puasa di bulan Romadhon merupakan rukun Islam yang keempat dan hukumnya adalah Fardhu
Ain atas setiap orang Islam yang mukallaf (baligh, berakal)
Dasar hukum diwajibkanya puasa Romadhon adalah firman Alloh SWT dalam QS Al-Baqarah : 183:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامَ كَمَا كُتِبَ
عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ *(سورة البقرة : ۱٨٣ )
ارتيپا : ",واهاي اوراڠ-٢ ياڠ بّريمان, ديواجيبكان اتاس كامو بّڤواسا,
سّباݤايمانا ديواجيبكان اتاس اوراڠ-٢ سّبّلوم كامو, اݤار كامو بّر تّقْوَى"
Lafazh niat puasa romadhon :
نَوَيْتُ
صَوْمَ
غَدٍ
عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ
شَهْرِ
رَمَضَانَ
فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا فَرضو بّسوء ڤاݤي اونتوء
مّمّنوهي كّواجيبان بولان رَمَضان كارنا الله تَعالَى"
2. Puasa Qodho’
Puasa Qodho’ ialah puasa yang wajib dikerjakan di hari lain sebagai ganti dari
puasa romadhon yang batal atau ditinggalkan disebabkan ‘udzur syar’iy
seperti musafir, sakit, haid, nifas, dan sebab lain.
Dalil naqlinya Alloh
berfirman :
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ ألأَيَّامٍ
أُخَرَۚ
Artinya: Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (QS Al-Baqarah,[2]: 184)
Lafazh
niat meng-qodho' puasa ramadhan :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ صَوْمِ رَمَضَانَ
فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا فَرضو بّسوء ڤاݤي اونتوء مّڠقَضَاء ڤواسا رَمَضان كارنا الله تَعالَى"
3.
Puasa Nadzar
Nadzar artinya berjanji untuk melakukan sesuatu jika apa
yang dicita-citakan tercapai. Misalnya, “Saya
akan berpuasa satu hari, jika saya naik kelas”, atau “Jika saya sembuh,
saya akan berpuasa tiga hari". Dan ternyata ia naik kelas, atau
sembuh, maka ia wajib berpuasa sebanyak hari yang ia janjikan. Jika tidak, maka
berdosa.
Nadzar
bisa berupa apa saja, asal tidak menyalahi aturan agama, atau tidak berupa
kemaksiatan, maka wajib dilaksanakan. Jika berupa
kemaksiatan atau melanggar aturan agama, maka tidak boleh dilaksanakan..
Dasar hukum wajibnya puasa nadzar
adalah firman Alloh SWT :
..... وَلْيُوْفُوْ نُذُوْرَهُمْ .......
Artinya: “... Dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka …”(QS
Al-Hajj,[22]: 29)
Rosululloh SAW bersabda :
مَنْ نَذَرَ اَنْ يَطِيْعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ وَمَنْ
نَذَرَ اَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
Artinya: “Barangsiapa
bernadzar mentaati Allah, maka hendaklah ia kerjakan. Dan barangsiapa yang
bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, Maka jangan dilakukan” (HR Bukhari
dan Muslim)
Lafazh niat puasa nadzar :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ النَّذْرِ فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا فَرضو بّسوء ڤاݤي اونتوء
مّنونايكان نَذَرْ كارنا الله تَعالَى"
4. Puasa Kafarat
Puasa kafarat ialah
puasa yang wajib dikerjakan sebagai denda untuk menutupi suatu
kesalahan yang dilakukanya, disebabkan karena:
1). Bersetubuh dengan isterinya di waktu
sedang berpuasa romadhon (di siang hari). Bentuk Kafarat-nya adalah berpuasa
selama 60 hari (dua bulan) berturut-turut.
2). Membunuh orang dengan tidak sengaja.
Bentuk Kafarat-nya berpuasa dua bulan berturut-turut. Jika tidak sanggup, maka dapat diganti dengan memerdekakan
seorang budak.
3). Mengerjakan larangan-larangan Ihram haji.
Misalnya berjima’ dengan istrinya; mencukur rambut, mengenakan
kain/pakaian berjahit (bagi lelaki);
memotong kuku; memakai wangi-wangian, maka kafaratnya ialah berpuasa selama
tiga hari. Jika tidak sanggup, maka
menyembelih seekor kambing, atau memberi makan 60 orang miskin.
4).
Karena merusak sumpah. Bentuk Kafarat-nya berpuasa tiga hari, dan jika
tidak sanggup, maka wajib memberi makan 10 orang miskin.
5).
Karena men-dzihar istri. Bentuk Kafarat-nya ialah berpuasa dua bulan
berturut-turut. Jika tidak sanggup, maka memerdekakan seorang budak atau
memberi makan 60 orang miskin.
Hikmah dari pembayaran
kafarat adalah pemeliharaan Syariat Islam, disamping untuk membersikan jiwa
dari pengaruh dosa yang dilakukan tanpa adanya alasan.
Lafazh niat puasa Kafarat :
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ كَفَّارَةً فَرْضًا
لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا فَرضو بّسوء ڤاݤي سّباݤاي
دُندا كارنا الله تَعالَى"
C. PUASA SUNNAT
Puasa sunnat disebut juga puasa tathowwu’, adalah puasa yang sangat
dianjurkan oleh agama. Jika dilakukan akan
mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa.
Puasa-puasa yang disunnahkan meliputi : 1). Puasa
Senin Kamis; 2). Puasa Syawal; 3). Puasa Arofah; 4). Puasa ‘Asyura’ (10 Muharrom); 5). Puasa Tasu’a’ (9 Muharrom); 6). Puasa Tarwiyah (8 Dzul Hijjah); 7). Puasa Baidh (tengah bulan: tgl 13, 14, 15
tiap bulan qamariyah); 8). Puasa Dawud
(sehari puasa, sehari tidak); 9). Puasa
di pertengahan awal bulan Sya’ban; 10).
puasa di bulan Rajab.
Dalam pembahasan ini difokuskan pada pentingnya menjalankan puasa sunnat Senin dan Kamis, puasa 6 hari di bulan syawwal, puasa 'Arofah,
1. Puasa Sunnah Hari Senin dan Kamis
Puasa tathowwu’ atau puasa sunnat setiap hari Senin dan Kamis sangat dianjurkan untuk dilakukan
kaum muslimin.
Dasar hukum. Betapa
pentingnya puasa setiap hari Senin dan Kamis. Karena pada saat itu setiap amal
manusia dilaporkan (malaikat) kepada Alloh. Selain itu, sebagai bentuk perasaan
gembira menyambut hari kelahiran Nabi SAW, dan hari pengangkatan beliau sebagai
Rosul. sebagaimana sabdanya
تُعْرَضُ اْلاَعْمَالُ كُلَّ إِثْنَيْنٍ وَخَمِيْسٍ.
فَاُحِبُّ اَنْ يُعْرَضَ عَمَلِيْ وَ اَنَا صَائِمٌ
Artinya: “Amal-amal itu ditunjukkan kepada Alloh setiap hari senin dan kamis.
Karenanya, aku suka ketika amalku ditunjukkan kepada-Nya ketika aku sedang berpuasa”
(HR Ahmad)
Lafazh niat puasa sunnah Senin / Kamis :
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ ...... ( اْلإِثْنَيْنِ / الْخَمِيْسِ
) سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا سُنَّةْ ... (هاري سّنين
\ كُميس) بّسوء ڤاݤي كارنا الله تَعالَى"
2. Puasa Sunnat 6 Hari di
Bulan Syawal
Puasa syawal adalah puasa sunat yang dilakukan 6 hari di bulan syawal (sesudah hari raya idul fitri).
Cara berpuasa-nya boleh dilakukan secara berturut-turut sehabis hari raya, yakni tanggal
2 sampai s/d tanggal 7 Syawal, dan boleh juga tidak berturut-turut tanggalnya,
yang penting genap 6 hari di bulan Syawal. Nabi SAW bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ
اَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
Artinya: “Barangsiapa
yang berpuasa bulan ramadhan, kemudian diiringi dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal maka
yang demikian itu seolah-olah berpuasa sepanjang masa (setahun).” (HR. Muslim, dari Abi Ayyub Al-Anshari).
نَوَيْتُ صَوْمَ
يَوْمٍ مِنْ شَوَّالٍ سُنَّةً
لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا سُنَّةْ سّهاري ديبولان
شاوال كارنا الله تَعالَى"
3. Puasa Arafah
Puasa ‘Arafah adalah puasa sunnah yang dilakukan pada setiap tanggal 9 Dzulhijjah,
bertepatan dengan saat jamaah haji sedang wukuf di Arofah.
Hukum-nya sunnah
muakad, kecuali bagi orang yang sedang melakukan ibadah haji.
Dasar Hukum. Orang yang
berpuasa sunnah Arafah akan dihapuskan dosanya selama dua tahun, sebagaimana
yang disinggung dalam hadis Nabi. :
كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
سُئِلَ عَنْ صَوْمِ عَرَفَةَ, فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
وَالْبَاقِيَةَ
Artinya: “:Rosululloh SAW pernah ditanya seseorang tentang puasa hari ‘Arafah.
Beliau kemudian menjawab: semoga dapat menghapus dosa tahun yang lalu dan tahun
yang akan datang.” (HR. Muslim, dari Abu Qatadah Al-Anshari)
Lafazh niat puasa sunnah
'Arafah :
نَوَيْتُ صَوْمَ يَوْمِ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
ارتيپا : ",اكو نيات ڤواسا سُنَّةْ هاري
عَرَفَةْ كارنا الله تَعالَى"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar