Selasa, 28 Juli 2020

9.2. MENYUBURKAN KEBERSAMAAN MELALUI SIKAP TOLERANSI & MENGHARGAI PERBEDAAN

Materi Pembelajaran Kelas IX  SMP

Penulis : Drs. H. A.  Suchaimi, MA

GPAI UPT SMPN 5 Gresik 

Kompetensi Dasar Pengetahuan

3.2. memahami QS Al-Hujurat (49) : 13 tentang toleransi dan menghargai perbedaan dan Hadis terkait.

Kompetensi Dasar Keterampilan

4.2.1. membaca QS Al-Hujurat (49) : 13  dengan tartil

4.2.3. menyajikan keterkaitan toleransi dan menghargai perbedaan dengan pesan QS Al-Hujurat (49) : 13


A. MEMBACA AYAT Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13 TENTANG TOLERANSI & MENGHARGAI PERBEDAAN 

يَـآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰـكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَّ أُنْثَى وَ جَعَلْنٰـكُمْ شُعُوْبًا  وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْاۚ  إِنَّ أَكْرَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقٰـكُمْ ۚ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ۝ 

 

B.  MEMAHAMI ILMU TAJWID TENTANG TANDA WAQOF DAN WASHOL

Waqof artinya berhenti, yakni menghentikan bacaan sementara, sekedar mengambil nafas karena ada sebab tertentu atau berkaitan dengan makna ayat yang dibaca.

Washol artinya terus (tidak berhenti), yakni bacaan tidak boleh atau tidak baik berhenti karena berkaitan dengan makna ayat yang dibaca.

Dalam mush-haf Al-Qur’an terdapat tanda tanda waqof dan tanda tanda washol sebagai panduan/ rambu bagi para pembaca Al-Qur’an, sehingga tidak membingungkan para pembaca dan penyima’ (pendengar) 

Tanda Waqof

Nama Waqof & artinya

Contoh

م

Lazim,

(Harus berhenti)

... وَمَا هُمْ بِـمُؤْمِنِيْنَ  ۘ

ط

MUTLAQ,

(layak untuk berhenti)

وَ بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ ؕ

ۚ

JAIZ,

(Boleh berhenti)

يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ أٰمَنُوْا ۚ  وَمَا يَخْدَعُوْنَ ....

قف |

ۗ

AL WAQFU AULA,

(Lebih utama  berhenti)

قَالُوْآ  أَنُؤْمِنُ كَمَآ أٰمَنَ السُّفَهَآءُ ۗ  أَلَآ إِنَّهُمْ ....

ۖ

AL WASHLU  AULA,

(Lebih utama terus)

أُولـٰــئِكَ عَلَٰى هُدًى مِنْ رَّبِّهِمْۖ   وَ أُولـٰــئِكَ هُمُ الْمُفْلَحُوْنَ  ۝

ۙ

‘ADAMUL WAQFI,

(tidak boleh berhenti)

فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ ۙ فَزَادَ هُمُ اللّٰهُ مَرَضًا .....

 ¡Ï......¡

 

MU’ANAQOH,

(Boleh berhenti pada salah satu tanda "titik tiga".)

ذَالِكَ الْكِـتٰبُ لَا رَيْبَ  ؞ فِيْهِ ؞  هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ ۝

سكتة / س

SAKTAH

(Berhenti sejenak kira-kira 2harokat dan tanpa nafas, lalu meneruskan bacaan)

قَالُوْا يٰـوَيْلَنَا مَنْۘ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاۜ  هٰـذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰـنُ

  

C. MENGARTIKAN Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13 

1. Arti Terjemahan Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13

ارتيپا : "واهاي مانوسيا, سّسوڠݤوهپا كامي تٓلاه مٓنچيڨتاكان كاليان داري سٓئوراڠ لٓلاكي دان سٓئوراڠ ڤٓرٓمڤوان.  كٓموديان كامي جاديكان كاليان بٓرباڠسا٢ دان بٓرسوكو٢ اڮار كاليان ساليڠ مٓڠٓنال. سٓسوڠڮوهۑا ياڠ ڤاليڠ موليا ديأنتارا كاليان دي سيسي الله ادالاه اوراڠ ياڠ ڤاليڠ برتَقْوَا. سّسوڠݤوهپا الله ماها مٓڠٓتاهوي لاڮي ماها تٓليتي ". {سورة الحجرات : ۱۳} 

2. Isi kandungan Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13

Asbabun Nuzul Q.S. Al-Hujurat: 13, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim al-Hakim yang bersumber dari Ibnu Abi Mulaikah, dia mengemukakan: "Ketika Fathu Makkah (penaklukan kota Makkah), Bilal naik ke atas Ka'bah untuk mengumandangkan adzan. Beberapa orang berkata: "Apakah pantas budak hitam ini adzan di atas Ka,bah?", Maka berkatalah yang lainnya: "Sekiraanya Allah membenci orang ini,  pastilah Dia akan menggantikannya". Ayat ini (Q.S. Al-Hujurat: 13)  turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.

Q.S. Al-Hujurat ayat 13 ini menegaskan kepada semua manusia pada umumnya, bahwa

1. Seluruh umat manusia dengan berbagai perbedaannya : kebangsaan, kesukuan, ras, agama, karakter, tradisi, budaya, bentuk fisik, warna kulit, dll, adalah berasal dari satu keturunan yang sama, yakni Nabi Adam dan Hawa’.

Berdasarkan asal usul kemanusiaan ini, maka seluruh umat manusia memiliki kedudukan yang sama dan sederajat. Tidak ada yang lebih unggul & mulia dari pada manusia lainnya.

2. Alloh sengaja menciptakan umat manusia secara berbeda-berbeda tersebut adalah agar mereka saling mengenal, saling memahami, saling menghormati, saling bersikap toleran dan menghargai perbedaan tersebut.

3.. Kita tidak boleh membeda-bedakan, mendiskreditkan & melakukan diskriminasi, memperlakukan secara tidak adil, dan sejenisnya terhadap orang lain yang berbeda bangsa, suku, ras, warna kulit, agama, budaya, tradisi dan bentuk fisik lainnya. Sebab di hadapan Alloh, kedudukan manusia adalah setara dan sederajat. Yang menentukan seseorang itu lebih mulia & unggul atas orang lain adalah nilai ketakwaannya kepada Alloh.

إِنَّ  أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ اَتْقَاكُمْ

سٓسوڠڮوهۑا ياڠ ڤاليڠ موليا ديأنتارا كاليان دي سيسي الله ادالاه اوراڠ ياڠ ڤاليڠ بٓرتاقوا

 

D. TOLERANSI & MENGHARGAI PERBEDAAN 

Secara kodrat, manusia terlahir dengan memiliki banyak perbedaan. Terutama di tanah air Indonesia ini terdapat masyarakat yang beraneka ragam (bhineka), mulai dari perbedaan budaya, suku, ras, agama, dan yang lainnya. Tetapi manusia dituntut agar bisa hidup di antara perbedaan itu, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri.

Faktanya tidak semua orang bisa hidup di tengah perbedaan, tidak bisa menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya, dan hanya ingin menunjukkan dirinya tanpa menghargai yang lain. Sehingga melahirkan berbagai bentuk konflik di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kita harus menjunjung tinggi sikap toleransi dan menghargai perbedaan ketika hidup di tengah-tengah masyakat yang majemuk ini.

Rasulullah saw. berpesan agar kita senantiasa bertoleransi dan menghargai perbedaan, sebagaimana yang disinggung dalam hadis berikut ini:

إِنَّ  اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُم وَ لَكِنَّ  إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى أَعْمَالِكُمْ وَ قُلُوبِكُمْ  (رواه ابن ماجه) 

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang dimarfu’kan kepada Nabi saw.. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal dan hati kalian.” (H.R. Ibnu Majah) 

Toleransi, dalam Islam, lebih dikenal dengan istilah TASAMUH. Yaitu sikap tenggang rasa, membiarkan, menghargai dan menghormati apa yang dilakukan orang lain.

 

Membiasakan Berperilaku Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Memiliki sikap toleransi adalah suatu keharusan dalam Islam, Islam sendiri mengandung pengertian agama yang damai,  selamat dan menyerahkan diri. Islam adalah rohmatal lil ‘alamiin (agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam). Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati, tanpa paksaan dan diskriminasi .

Dalam sejarah Islam, Nabi telah memberikan banyak contoh yang mengajarkan kepada kita pentingnya toleransi. Diantaranya; diceritakan Nabi Muhammad saw memberi makan seorang Yahudi miskin setiap hari dengan terus menghargai keyakinannya dan tanpa memaksakan agama Islam kepadanya. Dalam kisah lain diriwayatkan oleh Imam Bukhori, bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas disebelah Nabi saw dan para sahabat, seketika Nabi saw berhenti dan berdiri. Kemudian salah seorang sahabat berkata: kenapa engkau berhenti ya Rasulullah. Padahal itu adalah jenazah orang Yahudi? Nabi bersabda : bukankah dia juga manusia?. Subhanallah!

 

Toleransi dalam kehidupan beragama.

Di Indonesia dikenal adanya 3 bentuk kerukunan yang perlu diwujudkan melalui sikap toleransi dalam kehidupan beragama, yaitu :

1). kerukunan intern umat beragama,

2). kerukunan antar umat beragama, dan

3). kerukunan umat beragama dengan pemerintah.

Untuk mewujudkan Kerukunan antar umat beragama, yaitu antara umat Islam dengan non muslim, maka ruang lingkup Tasamuh /toleransi  nya adalah sebatas pada :

1). Sikap menghormati dan tenggang rasa terhadap keyakinan dan agama yang dianut oleh non muslim.

2). Kita tidak boleh mengganggu proses peribadatan mereka, apalagi memaksa mereka masuk Islam.

3). Kita tidak boleh mengikuti, meniru-niru, membantu, atau ikut serta dalam peribadatan mereka. Termasuk mengucapkan “Selamat” atas hari raya mereka, seperti Selamat Hari Natal, Selamat Hari Waisak, Selamat Hari Paskah,dll. Karena yang demikian ini secara tersirat membenarkan dan mengakui aqidah dan keyakinan mereka. 

Prinsip yang perlu kita pegang dalam kehidupan beragama ini adalah QS Al-Kafirun : 1-6, terutama ayat 6:

قُلْ يَآ أَيُّهَا الْكـٰـفِرُوْنَ  *  لَآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ * وَ لَآ أَنْتُمْ عٰـبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ *  وَ لَآ أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُمْ * وَ لَآ أَنْتُمْ عٰـبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ * لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنِ * 

Artinya: "Katakanlah: "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu pun tidak perlu menyembah Tuhan yang aku sembah.  Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,  dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu urusan agamamu, dan untukku urusan agamaku"

 

Toleransi / Tasamuh dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sangat dibutuhkan sikap Toleransi/Tasamuh, antara lain dalam bentuk  sikap saling menghormati, saling menolong dan tidak saling mengganggu, tidak melakukan diskriminasi dan tidak membedakan-bedakan suku, ras, agama dan budaya masyarakat.

Alloh berfirman:

وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَىۖوَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ

Artinya : ".......dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran .... " (QS Al-Maidah" 2)

Nabi bersabda :

لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ  ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ.

Artinya: "Tidak dikatakan beriman seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" (HR Muttafaq 'Alaih).

Melalui sikap toleransi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ini diharapkan akan terwujud suatu kehidupan yang harmonis, aman, tentram dan damai di tengah masyarakat, sekaligus akan tercipta persatuan dan persaudaraan sesama umat manusia

 

Hikmah dan Nilai-nilai positif Toleransi

a. Menjalin ukhuwah (persaudaraan), persatuan dan kesatuan masyarakat

b. Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan

c. Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama

d. Menciptakan rasa aman, tentram, tenang dan damai dalam masyarakat

e. Meghilangkan hasud, fitnah, kebencian, dendam dan permusuhan


Selasa, 21 Juli 2020

9.1. MERAIH KESUKSESAN DENGAN OPTIMIS, IKHTIAR DAN TAWAKKAL

Materi Pembelajaran Kelas IX  SMP

Penulis : Drs. H. A.  Suchaimi, MA

GPAI UPT SMPN 5 Gresik

 

Kompetensi Dasar Pengetahuan

3.1. memahami QS Az-Zumar (39): 53, QS An-Najm (53): 39-42, dan QS Ali Imron (3): 159

 

Kompetensi Dasar Keterampilan

4.1.1. membaca QS Az-Zumar (39): 53, QS An-Najm (53): 39-42, dan QS Ali Imron (3): 159 dengan tartil

1.1.3. menyajikan keterkaitan optimis, ikhtiyar dan tawakkal dengan pesan QS Az-Zumar (39): 53, QS An-Najm (53): 39-42, dan QS Ali Imron (3): 159



A. QS AZ-ZUMAR [39] : 53 TENTANG SIKAP OPTIMIS

 1. Membaca QS Az-Zumar [39] : 53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ,  إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا,   إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 2. Hukum Bacaan Qolqolah

Menurut bahasa, qolqolah artinya bergerak dan bergetar.  Menurut istilah, qolqolah ialah membunyikan huruf-huruf tertentu dengan suara memantul dari makhroj-nya disebabkan huruf tersebut dibaca mati karena berharakat sukun asli atau karena waqof.

Huruf  qolqolah ada 5, yaitu: ق, ط , ب , ج, د . Terkumpul dalam kalimat:   قَطْبُ جَدٍّ

 

Macam-macam Bacaan Qolqolah dan Cara Membacanya

a. Qolqolah Shughro (   القَلْقَلَةُ الصُّغْرَى) (qolqolah kecil)

Qolqolah shughro (kecil),yaitu jika huruf qolqolah  tersebut dibaca mati karena berharokat sukun asli dan letaknya di tengah kalimah/lafazh.

Cara pengucapannya: dengan menekan kuat makhroj huruf qolqolah tersebut, sehingga suaranya memantul secara lembut.

b. Qolqolah Kubro (   القَلْقَلَةُ الكُبْرَى)

Qolqolah kubro (besar), yaitu jika huruf qalqalah dibaca mati karena waqof (sukun ‘aridhi) dan letaknya di akhir kalimah/lafazh.

Cara pengucapannya: harus lebih berkumandang dan lebih jelas pantulannya dari pada bacaan qolqolah shughro, dan bahkan harus lebih kuat lagi jika huruf qolqolah tersebut berharakat tasydid.

Contoh bacaan qolqolah shughro

Huruf  qolqolah

Qolqolah  Shughro

ق

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ

ط

كَلَّا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَيَطْغَى

ب

فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ       

ج

....فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ  

د

لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ


Contoh bacaan qolqolah Kubro

Huruf  qolqolah

Qolqolah  Kubro

ق

قُلْ أَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ  *

ط

وَ اللَّهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيْطٌ  *

ب

تَبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهَبٍ وَتَبَّ   *

ج

 وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوْجِ  

د

قُلْ    هُوَ اللَّهُ       أَحَدٌ  *

 

3. Mengartikan QS Az-Zumar [39] : 53

 Arti terjemah :

 ارتيپا :"كاتاكان واهاي هامبا هامباكو ياڠ مٓلَامْڤاوِي باتاس تٓرهاداڤ ديري مٓريكا سٓنديري، جاڠانلاه كاليان بٓرڤوتوس اسا داري رحمة الله. سٓسوڠڮوهۑا الله مٓڠامڤوني دوسا-دوسا سٓمواۑا. سٓسوڠڮوهۑا ديالاه ياڠ ماها ڤٓڠامڤون لاڮي ماها ڤٓۑاياڠ"

 

 4. Memahami Isi Kandungan QS Az-Zumar [39] : 53 dan Hadis Yang terkait

 Ayat 53 QS Az-Zumar diatas menjelaskan bahwa orang yang melampaui batas dan menzhalimi dirinya sendiri dengan berbuat dosa, baik kecil maupun besar, dia hendaklah tidak berputus asa dari rahmat kasih sayang Alloh, yaitu dengan cara berusaha keras untuk mendapatkan ampunan Alloh.

Dengan kata lain, bahwa Alloh akan mengampuni semua dosanya asalkan dia mau berusaha keras untuk mendapatkan ampunan-Nya dengan cara bertaubat dan beristighfar, disertai keyakinan dan prasangka baik (Husnu zhon) bahwa taubatnya akan diterima Alloh dan mendapatkan ampunan-Nya, karena Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Sehubungan dengan itu, Rosululloh SAW bersabda dalam Hadis :

عَنْ عَمْرِوبْنِ عَبَسَةْ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِيِّ ﷺ شَيْخٌ كَبِيْرٌ يَدَّعِمُ عَلٰى اَصَالَهُ فَقَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ، اِنَّ لِيْ غَدَارَتٍ وَفَجَرَاتٍ، فَهَلْ يَغْفِرُلِيْ؟ قَالَ: اَلَسْتَ تَشْهَدُ اَنْ لَااِلٰهَ اِلَّااللهُ ؟ قَالَ: بَلٰى، وَاَشْهَدُ اَنَّكَ رَسُوْلُ اللهُ ؟. قَالَ: قَدْ غُفِرَ لَكَ غَدَرَاتُكَ وَفَجَرَاتُكَ. (رواه احمد)

ارتيپا :"داري عَمْر بِنْ عَبَسَهْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بٓركاتا: تٓلاه داتاڠ مٓنٓموي نَبِى ﷺ سٓئوراڠ توا باڠكا ياڠ بٓرساندار ڤادا طاڠكاتۑا، لالو ايا بٓركاتا؛ واهاي رسول الله، سايا مٓميليكي باۑاك كٓسالاهان دان دوسا، اڤاكاه موڠكين الله مٓڠامڤونيكو؟. ماكا نَبِي ﷺ مٓنجاواب : اڤاكاه كامو  بٓرساكسي باهوا تيداء ادا توهان سٓلاين الله؟. اوراڠ ايتو مٓنجاواب : يا بٓنار، دان سايا جوڮا بٓرساكسي باهوا آڠكاو ادالاه اوتوسان الله. نَبِي ﷺ بٓرسابدا : سوڠڮوه الله تٓلاه مٓڠامڤوني كٓسالاهان دان دوسامو"

 

Ayat tersebut secara luas mengajarkan kepada kita, agar selalu bersikap Optimis dan pantang dalam setiap usaha untuk meraih kesuksesan yang dicita-citakan, dan sebaliknya tidak boleh bersikap pesimis, menyerah, dan berputus asa.

 

 Pengertian optimis

Sifat optimis adalah sifat orang yang memiliki harapan positif dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Dengan sikap optimis, seseorang akan bersemangat dalam menjalani kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak.

Rasululloh bersabda :

لَا طِيَرَةَ وَخَيْرُهَا اَلْفَأْلُ. قِيْلَ وَمَااَلْفَأْلُ, قَالَ الْكَلِمَةُ الصَّالِحَةُ يَسْمَعُهَا اَحَدُكُمْ

Artinya:Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada rasa tiyarah (firasat buruk dan kesialan), dan yang lebih baik dari itu adalah rasa optimis. Maka ditanyakanlah kepada beliau: Apa yang dimaksud dengan rasa optimis?, Beliau bersabda: Yaitu kalimat baik yang sering didengar oleh salah seorang dari kalian.” (H.R. Ahmad)

 

Kebalikan dari optimis adalah pesimis. Orang yang memiliki sifat pesimis selalu berpandangan negatif dalam menghadapi persoalan.  Seseorang yang biasanya berprasangka buruk seolah-olah kegagalan ada di depannya, dia selalu khawatir akan memperoleh kegagalan, kekalahan, kerugian atau bencana, sehingga ia tidak mau berusaha untuk mencobanya.

Beberapa ciri-ciri dan contoh sikap optimis dan pesimis, sebagai berikut:

a. Fatimah dan Farhan mengikuti lomba menggambar di tingkat kabupaten. Fatimah yakin dalam lomba ini akan meraih hasil yang terbaik. Sebaliknya, Farhan merasa bahwa dalam lomba kali ini ia tidak mungkin bisa menang.

b. Lina dan Hasyim sakit demam berdarah (DB). Mereka berdua dirawat di rumah sakit. Lina memiliki semangat yang tinggi untuk sembuh, sedangkan Hasyim takut kalau penyakitnya tidak dapat disembuhkan.

c. Di dalam satu kelas IX terdapat 30 Siswa. Sebanyak 29 Siswa menyongsong ujian dengan rasa percaya diri, namun Paijo merasa takut kalau nanti gagal dalam ujian.

 

Ciri lain dari orang yang optimis adalah melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesempatan, peluang, dan kemungkinan. Sebaliknya orang yang pesimis melihat segala sesuatu sebagai kegagalan dan ketidakmungkinan. Dalam situasi yang sulit orang yang optimis akan selalu bilang, “Meskipun sulit, namun masih ada kesempatan untuk berhasil.” Sebaliknya, dalam situasi yang mudah orang yang pesimis masih mengatakan, “Sebenarnya itu hal yang mudah bagiku, namun aku khawatir kalau nantinya akan gagal.”

Orang yang optimis biasanya ditandai dengan wajah yang berseri-seri dan mudah untuk tersenyum. Sebaliknya orang yang pesimis biasanya sering cemberut dan terlihat murung. Sekarang kita dapat memilih, mau menjadi orang yang optimis atau pesimis ?

 

 

B. QS AN-NAJM [53] : 39-42 TENTANG IKHTIAR

 1. Membaca QS An-Najm [53] : 39-42

وَأَنْ  لَّيْسَ لِلْإِنْسَانِ  إِلَّا مَا سَعَى*    وَ أَنَّ سَعْيَهٗ سَوْفَ يُرٰى*  ثُـمَّ يُجْزٰىهُ  الْجَزَاءَ  الْأَوْفَى*  وَ أَنَّ  إِلَى رَبِّكَ  الْمُنْتَهَى*

 

2. Mengartikan QS An-Najm [53] : 39-42

        Arti Mufrodat (Per-kata):

 Dan bahwa

   وَأَنْ

 Tidaklah

} لَّيْسَ

 Bagi manusia

لِلْإِنْسَانِ

 Kecuali / melainkan

إِلَّا

 Apa saja

مَا

 Dia berusaha

سَعَى

Dan bahwa / sesungguhnya

  وَ أَنَّ

 Usahanya

سَعْيَهُ

 Akan / bakal

سَوْفَ

 diperlihatkan

يُرَى

 Kemudian

ثُـمَّ

Diberi balasan kepadanya

يُجْزٰىهُ

 Balasan

الْجَزَاءَ

 Sempurna / cukup

الْأَوْفَى

Dan bahwa  / sesungguhnya

وَ أَنَّ

 Kepada Tuhanmu

إِلَى رَبِّكَ

 Akhir tujuan / kesudahan

الْمُنْتَهَى


Arti terjemah      

ارتيپا :"دان باهوا سٓسٓئوراڠ تيداء لاه مٓمڤٓراوليه كچوالي اڤا ياڠ تٓلاه دي اوساهاكانۑا، دان سوڠڮوه اوساهاۑا ايتو كٓلاء اكان دي ڤٓرليهاتكان كٓڤاداۑا، كٓموديان اكان ديبٓري بالاسان كٓڤاداۑا دٓڠان بالاسان ياڠ ڤاليڠ سٓمڤورنا. دان سٓسوڠڮوهۑا  كٓڤادا توهانمولاه كٓسوداهانۑا سڮالا سٓسواتو"

 

3. Memahami Isi Kandungan QS An-Najm [53] : 39-42 dan Hadis Yang terkait

 

Ayat 39-42 QS An-Najm diatas menegaskan bahwa seseorang hanyalah akan memperoleh hasil sesuai dengan kadar usahanya. Artinya, usaha yang sedikit akan memperoleh hasil yang sedikit, dan usaha yang banyak akan mendapatkan hasil yang banyak pula. Berbuat kebaikan akan memperoleh kebaikan, dan berbuat keburukan akan mendapakan keburukan. Dan semua perbuatan dan usahanya selama di dunia ini akan diperanggung jawabkan di hadapan Alloh dan memperoleh balasannya kelak di akhirat. Perbuatan baik (ama sholeh) akan dibalas dengan surga, dan perbuatan buruk/dosaakan dibalas dengan neraka.

Atas dasar spirit dari ayat 39-42 QS An-Najm tersebut, dapat diambil suatu pelajaran, bahwa Anda harus belajar secara rajin dan sungguh-sungguh kalau Anda ingin menjadi pandai dan memiliki ilmu yang banyak. Sebaliknya Anda akan menjadi bodoh jika malas dan tidak belajar secara sungguh-sungguh. Kalau Anda ingin menjadi orang kaya dan tercukupi kebutuhan hidupnya, maka Anda harus bekerja keras dalam mencari harta. Jika tidak demikian, maka Anda akan menjadi miskin dan tidak tercukupi kebutuhan hidupnya. Begitu seterusnya.

 Pengertian Ikhtiar

Ikhtiar adalah berusaha bersungguh - sungguh untuk mencapai harapan, keinginan, atau cita-cita. Ketika seseorang menginginkan sesuatu maka ia harus mau berusaha atau berupaya untuk meraihnya.

Contoh-contoh ikhtiar adalah sebagai berikut.

a. Orang yang ingin pandai harus berusaha dengan rajin belajar.

b. Orang yang ingin hidup berkecukupan harus berusaha dengan rajin bekerja.

c. Orang yang ingin memiliki tabungan harus berusaha hidup hemat atau mengurangi pengeluaran.

d. Orang yang ingin sehat harus berusaha dengan rajin menjaga kebersihan dan berolah raga.

e. Orang yang sedang sakit dan ingin sembuh harus berobat.          

 

Alloh SWT memerintahkan kepada umat Islam agar ber-Ikhtiar untuk mendapatkan hasil yang dicita-citakan. Sebagaimana firman-Nya:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

Artinya; “Sesungghunya Alloh tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mau merubah sendiri keadaannya”. (QS Ar-Ra’du : 11)

 Memang diakui, bahwa seseorang terkadang menjadi kaya dan tercukupi kebutuhan hidupnya bukan dari usaha/pekerjaannya sendiri, tetapi dari warisan atau dari bantuan dan pemberian orang lain. Seseorang siswa bisa menjawab semua soal-soal ujian dan memperoleh nilai yang bagus, bukan karena ketekunan belajarnya, tetapi karena nyontek atau dapat bantuan jawaban dari temannya.

Akan tetapi menurut pandangan agama, bahwa harta dan kekayaan yang berasal dari hasil usahanya sendiri jauh lebih mulia daripada yang berasal dari hasil mengemis atau bantuan orang lain. Sebagaimana sabda Rasululloh SAW :

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَأَ نْ يَّحْتَطِبَ اَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلٰى ظَهْرِهٖ خَيْرٌ لَهٗ مِنْ اَنْ يَّسْأَلَ اَحَدًا فَيُعْطِيَهٗ اَوْ يَمْنَعُهٗ (رواه البخارى ومسلم)

ارتيپا :"داري ابو هريره رضي الله عنه ايا بٓركاتا ؛ رسول الله ﷺ بٓرسابدا: سوڠڮوه سٓكيراۑا سالاه سٓئوراڠ دي انتارا كامو مٓنچاري كايو باكار دان دي ڤيكولۑا كايو ايتو ، ماكا ياڠ دٓميكيان ايتو  لٓبيه بايك داري ڤادا مٓمينتا-مينتا كٓڤادا سٓسئوراڠ، بايك اوراڠ ايتو مٓمبٓري اتاو تيداء مٓمبٓري"

 

C. QS. ALI IMRAN AYAT 159, TENTANG TAWAKKAL

 1.  Membaca QS. Ali Imran Ayat 159, Tentang Tawakkal

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ   لِنْتَ لَهُمْ  ,  وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ,  فَاعْفُ عَنْهُمْ  وَ اسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَ شَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ,  فَإِذَا عَزَمْتَ فَـَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ,  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ *                      

 

2. Mengartikan QS. Ali Imran Ayat 159, Tentang Tawakkal

Arti Mufrodat (Per-kata) :

Maka  karena sebab / berkat

فَبِمَا

Rahmat

رَحْمَةٍ

Dari Alloh

مِّنَ      اللَّهِ  

Kamu bersikap lembut

لِنْتَ

Terhadap mereka

لَهُمْ 

Dan sekiranya kamu itu adalah

وَلَوْ كُنْتَ

Brsikap keras

فَظًّا

Lagi keras hatinya

غَلِيْظَ     الْقَلْبِ

Pasti mereka menjauhkan diri

لَانْفَضُّوْا

Dari sekeliling kamu

مِنْ    حَوْلِكَ

Maka mafkanlah (kesalahan)

فَاعْفُ

dari mereka

عَنْهُمْ 

Dan Mohonkan ampunan

وَ اسْتَغْفِرْ  

Buat mereka

لَهُمْ

Dan bermusyawarahlah dengan mereka

وَ شَاوِرْهُمْ

Dalam suatu urusan

فَى    الْأَمْرِ

Maka apabila

فَإِذَا

Kamu berazam / membulatkan tekad

عَزَمْتَ

Maka bertawakkallah kamu

فَـَوَكَّلْ

Kepada Alloh

عَلَى   اللَّهِ 

Sesungguhnya Alloh

إِنَّ   اللَّهَ

Mencintai

يُحِبُّ

Orang-orang yang bertawakkal.

الْمُتَوَكِّلِيْنَ

 

Arti Terjemah Q.S. Ali Imran [3] : 159

 

ارتيپا : "كارنا بٓركات رحمة الله آ ڠكاو (محمد) بٓركاتا لٓـماه لٓـمبوت تٓرهاداڤ مٓريكا. سٓكيراۑا كامو بٓرسيكاڤ كٓراس دان بٓرهاتي كاسار، تٓنتو مٓريكا مٓنجاوهكان ديري داري سٓكٓليليڠمو. كارٓنا ايتو ماعافكان مٓريما، موهونكان امڤون باڮي مٓريكا دان بٓرموشاواراهلاه دٓڠان مٓريكا دالام بٓرباڮاي اوروسان. كٓموديان اڤابيلا كامو تٓلاه مٓمبولاتكان تّكاد، ماكا بٓر-تَوَكَّلْ-لَاهْ كٓڤادا الله. سوڠڮوه الله مٓۑوكاي اوراڠ-اوراڠ ياڠ برتَوَكَّلْ كٓڤاداۑا"

 

3. Memahami Isi Kandungan QS Ali Imran [3] : 159 dan Hadis Yang terkait

 

Isi kandungan pokok ayat 159 QS Ali Imron di atas adalah menjelaskan sikap terpuji (akhlak mahmudah) Rosululloh terhadap masyarakat yang perlu kita teladani, yaitu :

a. Bersikap lemah lembut

b. Tidak bersikap kasar dan keras kepala

c. Bersikap pemaaf dan memohonkan maaf

d. Selalu bermusyawarah dalam segala urusan

e. Bertawakkal, memasrahkan semua hasil usahanya kepada Alloh.

 

 

4. Apa Itu Tawakkal?

 Secara lughowiy (etimologi, bahasa), kata Tawakkal  berarti berserah diri, bersandar, atau berpasrah.

Menurut pengertian isthilahiy (terminologi), tawakkal adalah sikap berserah diri kepada ketentuan Alloh atas hasil dari usaha kerasnya.

Dengan demikian, sikap tawakkal dilakukan setelah bekerja, berusaha dan berdoa. Bukan sebaliknya.

 Alloh berfirman :

,  فَإِذَا عَزَمْتَ فَـَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ,  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ *

Artinya: " … Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Alloh. Sungguh Alloh menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran [3] : 159)

 

Orang yang bersikap tawakkal bukan berarti ia memasrahkan hidupnya secara total kepada Alloh, lalu tidak perlu bekerja dan berusaha, akan tetapi pemahaman yang tepat adalah, ia tetap terus bekerja dan berusaha keras. Yang ia pasrahkan kepada Alloh adalah ketentuan sukses-tidaknya atau berhasil-gagalnya pekerjaan yang telah diusahakannya itu. Ia siap menerima apapun hasil dari pekerjaannya. Jika usahanya berhasil/sukses, maka ia akan bersyukur, dan jika gagal maka akan bersabar, kemudian berusaha lagi sampai usahanya berhasil.

Contoh 1. Rosululloh SAW adalah orang yang tentu dijaga keamanannya oleh Alloh SWT. Namun beliau SAW tetap berusaha melindungi dirinya dari gangguan dan ancaman pembunuhan. Misalnya, ketika beliau berhijrah ke Madinah, para pemuda kafir Quraisy berusaha membunuhnya. Beliau dan Abu Bakar berusaha menghindar dari kejaran mereka dengan cara bersembunyi di gua Tsur selama tiga hari, agar mereka tidak mampu melacaknya, kemudian beliau memasrahkan hidup matinya kepada Alloh. Pada saat kaum kafir quraisy berada di depan mulut gua dan hampir saja menemukan jejak persembunyiannya, Abu Bakar sempat merasa ketakutan, namun beliau SAW dengan mantap menenangkan Abu Bakar seraya berkata: ”Laa tahzan. Innallooha ma’anaa” (Jangan takut. Sesungguhnya Alloh bersama kita). Setelah dirasa aman, beliau SAW kemudian melanjutkan hijrahnya melewati rute perjalanan yang tidak biasa dilewati para musafir atau kafilah dagang agar sukar dilacak, sehingga beliau sampai di Madinah dengan selamat. 

Kalau ada orang yang memasrahkan hidupnya secara total kepada Alloh, lalu tidak mau bekerja dan berusaha, itu bukan sikap tawakkal, akan lebih tepat disebut sikap ngelokro (Al-Jabr, fatalis), tak berdaya atau berputus harapan. Orang yang memiliki sikap seperti ini disebut kaum jabbariyah, ia bagaikan orang yang kalah sebelum bertanding atau mati sebelum berperang.

Contoh 2 : Pemahaman yang salah terhadap tawakkal. Suatu hari Rosululloh SAW melihat seorang baduwi melepaskan ontanya tanpa diikat terlebih dulu. Ketika beliau tanyakan kepadanya, kenapa ia melakukan yang demikian itu, maka orang itu menjawab: "Saya bertawakkal kepada Alloh". Lantas beliau bersabda : "Bukan itu yang namanya tawakkal, akan tetapi ikatlah dahulu ontamu, kemudian baru bertawakkal".

 

4. Hikmah & Manfaat Sikap Tawakkal

 

Rosululloh SAW menjelaskan hikmah dan manfaat dari sikap tawakkal dalam hadis Nabi berikut :

عَنْ عُمَرَبْنِ الْخَطَّابِ قَالَ : قَالَ رَسُلُ اللهِ ﷺ : لَوْ اَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهٖ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُ وْ خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمِذي)

 

ارتيپا : "داري عُمَرْ بِنْ خَطَّابْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، ايا بٓركاتا, باهوا رسول الله ﷺ تلاه تبٓرسابدا : سٓكيراۑا كاليان بٓرتَوَكَّلْ كٓڤادا الله دٓڠان سٓبٓنارۑا توكل، نيسچايا الله مٓمبٓري رِيزْقِي كٓڤادا كاليان سٓڤٓرتي الله مٓمبٓري رِيزْقِي كٓڤادا سٓئّكور بوروڠ، ياڠ ڤٓرڮي دي ڤاڮي هاري دالام كٓئاداأن لاڤار دان ڤولاڠ دي سورٓ هاري دالام كٓئاداأن كٓۑاڠ "

 

Selain hikmah dan manfaat di atas, sikap tawakkal akan melahirkan perilaku-perilaku terpuji, diantaranya :

a. Bersyukur jika sukses dan bersabar  jika mengalami kegagalannya,

b. Sangat menyadari dan meyakini berlakunya qodho'-qodar Alloh.

c. Bersikap tawadhu' (andap asor, rendah hati) dan tidak takabbur atas prestasi kerjanya.

d. Qona'ah, nerimo ing pandum, menerima pemberian apa adanya.

e. Bersikap ridho (puas) dan ikhlas dengan hasil usahanya, betapa pun kecilnya.

f. Bekerja keras tanpa mengenal putus asa

g. Memandang segala sesuatu dengan penuh optimis.

h. Hatinya tenang-tentram, dan hidupnya akan dicukupi / dijamin Alloh :

 وَمَنْ  يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ,  إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ  أَمْرِهِ,  قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلّ شَيْئٍ قَدْرًا

 Artinya: "Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Alloh niscaya Alloh akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Alloh melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Alloh telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu". (QS At-Thalaq : 3)