Materi Pembelajaran Kelas IX SMP
Penulis : Drs. H. A. Suchaimi, MA
GPAI UPT SMPN 5 Gresik
Kompetensi Dasar Pengetahuan |
3.2. memahami QS Al-Hujurat (49) : 13 tentang toleransi dan menghargai perbedaan dan Hadis terkait. |
Kompetensi Dasar Keterampilan |
4.2.1. membaca QS Al-Hujurat (49) : 13 dengan tartil 4.2.3. menyajikan keterkaitan toleransi dan menghargai perbedaan dengan pesan QS Al-Hujurat (49) : 13 |
A. MEMBACA AYAT Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13 TENTANG TOLERANSI & MENGHARGAI PERBEDAAN
يَـآأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنٰـكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَّ أُنْثَى وَ جَعَلْنٰـكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوْاۚ إِنَّ أَكْرَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ أَتْقٰـكُمْ ۚ إِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
B. MEMAHAMI ILMU TAJWID TENTANG TANDA WAQOF DAN
WASHOL
Waqof artinya berhenti, yakni menghentikan bacaan
sementara, sekedar mengambil nafas karena ada sebab tertentu atau berkaitan
dengan makna ayat yang dibaca.
Washol artinya terus (tidak berhenti), yakni bacaan
tidak boleh atau tidak baik berhenti karena berkaitan dengan makna ayat yang
dibaca.
Dalam mush-haf Al-Qur’an terdapat tanda tanda waqof dan tanda tanda washol sebagai panduan/ rambu bagi para pembaca Al-Qur’an, sehingga tidak membingungkan para pembaca dan penyima’ (pendengar)
Tanda
Waqof |
Nama Waqof & artinya
|
Contoh |
م |
Lazim,
(Harus berhenti) |
... وَمَا هُمْ
بِـمُؤْمِنِيْنَ ۘ |
ط |
MUTLAQ,
(layak untuk berhenti) |
وَ
بِالْآخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَ ؕ |
ۚ |
JAIZ,
(Boleh berhenti) |
يُخٰدِعُوْنَ
اللّٰهَ وَالَّذِيْنَ أٰمَنُوْا ۚ وَمَا
يَخْدَعُوْنَ .... |
قف | ۗ |
AL
WAQFU AULA, (Lebih utama berhenti) |
قَالُوْآ أَنُؤْمِنُ كَمَآ أٰمَنَ السُّفَهَآءُ ۗ أَلَآ إِنَّهُمْ .... |
ۖ |
AL
WASHLU AULA, (Lebih utama terus) |
أُولـٰــئِكَ
عَلَٰى هُدًى مِنْ رَّبِّهِمْۖ وَ
أُولـٰــئِكَ هُمُ الْمُفْلَحُوْنَ |
ۙ |
‘ADAMUL
WAQFI, (tidak boleh berhenti) |
فِيْ
قُلُوْبِهِمْ مَرَضٌ ۙ فَزَادَ هُمُ اللّٰهُ مَرَضًا ..... |
¡Ï......¡ |
MU’ANAQOH,
(Boleh berhenti pada salah satu tanda "titik tiga".) |
ذَالِكَ
الْكِـتٰبُ لَا رَيْبَ ؞ فِيْهِ ؞ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ |
سكتة
/ س |
SAKTAH (Berhenti sejenak kira-kira 2harokat dan tanpa nafas, lalu
meneruskan bacaan) |
قَالُوْا
يٰـوَيْلَنَا مَنْۘ بَعَثَنَا مِنْ مَّرْقَدِنَاۜ هٰـذَا مَا وَعَدَ الرَّحْمٰـنُ |
C. MENGARTIKAN Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13
1. Arti Terjemahan
Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13
ارتيپا : "واهاي مانوسيا, سّسوڠݤوهپا كامي تٓلاه مٓنچيڨتاكان كاليان داري سٓئوراڠ لٓلاكي دان سٓئوراڠ ڤٓرٓمڤوان. كٓموديان كامي جاديكان كاليان بٓرباڠسا٢ دان بٓرسوكو٢ اڮار كاليان ساليڠ مٓڠٓنال. سٓسوڠڮوهۑا ياڠ ڤاليڠ موليا ديأنتارا كاليان دي سيسي الله ادالاه اوراڠ ياڠ ڤاليڠ برتَقْوَا. سّسوڠݤوهپا الله ماها مٓڠٓتاهوي لاڮي ماها تٓليتي ". {سورة الحجرات : ۱۳}
2. Isi
kandungan Q.S. AL-HUJUROT [49] : 13
Asbabun Nuzul
Q.S. Al-Hujurat: 13, diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim al-Hakim yang bersumber
dari Ibnu Abi Mulaikah, dia mengemukakan: "Ketika Fathu Makkah
(penaklukan kota Makkah), Bilal naik ke atas Ka'bah untuk mengumandangkan
adzan. Beberapa orang berkata: "Apakah pantas budak hitam ini adzan di
atas Ka,bah?", Maka berkatalah yang lainnya: "Sekiraanya Allah
membenci orang ini, pastilah Dia akan
menggantikannya". Ayat ini (Q.S. Al-Hujurat: 13) turun sebagai penegasan bahwa dalam Islam
tidak ada diskriminasi, yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa.
Q.S.
Al-Hujurat ayat 13 ini menegaskan kepada semua manusia pada umumnya, bahwa
1. Seluruh
umat manusia dengan berbagai perbedaannya : kebangsaan, kesukuan, ras, agama,
karakter, tradisi, budaya, bentuk fisik, warna kulit, dll, adalah berasal dari
satu keturunan yang sama, yakni Nabi Adam dan Hawa’.
Berdasarkan asal usul
kemanusiaan ini, maka seluruh umat manusia memiliki kedudukan yang sama dan
sederajat. Tidak ada yang lebih unggul & mulia dari pada manusia lainnya.
2. Alloh
sengaja menciptakan umat manusia secara berbeda-berbeda tersebut adalah agar
mereka saling mengenal, saling memahami, saling menghormati, saling bersikap
toleran dan menghargai perbedaan tersebut.
3.. Kita tidak
boleh membeda-bedakan, mendiskreditkan & melakukan diskriminasi,
memperlakukan secara tidak adil, dan sejenisnya terhadap orang lain yang
berbeda bangsa, suku, ras, warna kulit, agama, budaya, tradisi dan bentuk fisik
lainnya. Sebab di hadapan Alloh, kedudukan
manusia adalah setara dan sederajat. Yang menentukan seseorang itu lebih mulia
& unggul atas orang lain adalah nilai ketakwaannya kepada Alloh.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ اَتْقَاكُمْ
سٓسوڠڮوهۑا ياڠ ڤاليڠ موليا ديأنتارا
كاليان دي سيسي الله ادالاه اوراڠ ياڠ ڤاليڠ بٓرتاقوا
D. TOLERANSI & MENGHARGAI PERBEDAAN
Secara kodrat, manusia terlahir dengan
memiliki banyak perbedaan. Terutama di tanah air Indonesia ini terdapat
masyarakat yang beraneka ragam (bhineka), mulai dari perbedaan budaya, suku,
ras, agama, dan yang lainnya. Tetapi manusia dituntut agar bisa hidup di antara
perbedaan itu, karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup
sendiri.
Faktanya tidak semua orang bisa hidup di
tengah perbedaan, tidak bisa menerima orang lain yang berbeda dengan dirinya,
dan hanya ingin menunjukkan dirinya tanpa menghargai yang lain. Sehingga
melahirkan berbagai bentuk konflik di tengah masyarakat. Oleh karena itu, kita
harus menjunjung tinggi sikap toleransi dan menghargai perbedaan ketika hidup
di tengah-tengah masyakat yang majemuk ini.
Rasulullah saw. berpesan agar kita senantiasa
bertoleransi dan menghargai perbedaan, sebagaimana yang disinggung dalam hadis
berikut ini:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُم وَ لَكِنَّ إِنَّمَا يَنْظُرُ إِلَى أَعْمَالِكُمْ وَ قُلُوبِكُمْ (رواه ابن ماجه)
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah yang dimarfu’kan kepada Nabi saw.. Beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta benda kalian, tetapi Dia hanya memandang kepada amal dan hati kalian.” (H.R. Ibnu Majah)
Toleransi,
dalam Islam, lebih dikenal dengan istilah TASAMUH. Yaitu sikap tenggang rasa,
membiarkan, menghargai dan menghormati apa yang dilakukan orang lain.
Membiasakan
Berperilaku Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari
Memiliki
sikap toleransi adalah suatu keharusan dalam Islam, Islam sendiri mengandung
pengertian agama yang damai, selamat dan
menyerahkan diri. Islam adalah rohmatal lil ‘alamiin (agama yang menjadi
rahmat bagi seluruh alam). Islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam
bentuk saling menghormati, tanpa paksaan dan diskriminasi .
Dalam
sejarah Islam, Nabi telah memberikan banyak contoh yang mengajarkan kepada kita
pentingnya toleransi. Diantaranya; diceritakan Nabi Muhammad saw memberi makan
seorang Yahudi miskin setiap hari dengan terus menghargai keyakinannya dan
tanpa memaksakan agama Islam kepadanya. Dalam kisah lain diriwayatkan oleh Imam
Bukhori, bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas disebelah Nabi
saw dan para sahabat, seketika Nabi saw berhenti dan berdiri. Kemudian salah
seorang sahabat berkata: kenapa engkau berhenti ya Rasulullah. Padahal itu
adalah jenazah orang Yahudi? Nabi bersabda : bukankah dia juga manusia?.
Subhanallah!
Toleransi
dalam kehidupan beragama.
Di
Indonesia dikenal adanya 3 bentuk kerukunan yang perlu diwujudkan melalui sikap
toleransi dalam kehidupan beragama, yaitu :
1). kerukunan intern umat beragama,
2). kerukunan antar umat beragama, dan
3). kerukunan umat beragama dengan
pemerintah.
Untuk
mewujudkan Kerukunan antar umat beragama, yaitu antara umat Islam dengan non
muslim, maka ruang lingkup Tasamuh /toleransi
nya adalah sebatas pada :
1). Sikap menghormati dan tenggang rasa terhadap keyakinan dan
agama yang dianut oleh non muslim.
2). Kita tidak boleh mengganggu proses peribadatan mereka, apalagi
memaksa mereka masuk Islam.
3). Kita tidak boleh mengikuti, meniru-niru, membantu, atau ikut serta dalam peribadatan mereka. Termasuk mengucapkan “Selamat” atas hari raya mereka, seperti Selamat Hari Natal, Selamat Hari Waisak, Selamat Hari Paskah,dll. Karena yang demikian ini secara tersirat membenarkan dan mengakui aqidah dan keyakinan mereka.
Prinsip
yang perlu kita pegang dalam kehidupan beragama ini adalah QS Al-Kafirun : 1-6,
terutama ayat 6:
قُلْ يَآ أَيُّهَا الْكـٰـفِرُوْنَ * لَآ
أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ * وَ لَآ أَنْتُمْ عٰـبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ * وَ لَآ أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُمْ * وَ لَآ
أَنْتُمْ عٰـبِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ * لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَ لِيَ دِيْنِ *
Artinya: "Katakanlah: "Hai orang-orang
kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu pun tidak perlu
menyembah Tuhan yang aku sembah. Aku
tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi
penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu urusan agamamu, dan untukku urusan
agamaku"
Toleransi / Tasamuh dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan.
Dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sangat dibutuhkan sikap
Toleransi/Tasamuh, antara lain dalam bentuk
sikap saling menghormati, saling menolong dan tidak saling mengganggu,
tidak melakukan diskriminasi dan tidak membedakan-bedakan suku, ras, agama dan
budaya masyarakat.
Alloh
berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى
الْبِرِّ وَ التَّقْوَىۖوَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ
Artinya : ".......dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran .... " (QS Al-Maidah" 2)
Nabi bersabda :
لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ
حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ.
Artinya: "Tidak dikatakan beriman seorang
diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya, sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri" (HR Muttafaq 'Alaih).
Melalui
sikap toleransi dalam kehidupan sosial kemasyarakatan ini diharapkan
akan terwujud suatu kehidupan yang harmonis, aman, tentram dan damai di tengah
masyarakat, sekaligus akan tercipta persatuan dan persaudaraan sesama umat
manusia
Hikmah dan Nilai-nilai positif Toleransi
a.
Menjalin ukhuwah (persaudaraan), persatuan dan kesatuan masyarakat
b.
Menciptakan keharmonisan dalam kehidupan
c.
Menimbulkan sikap saling menghormati antar sesama
d.
Menciptakan rasa aman, tentram, tenang dan damai dalam masyarakat
e.
Meghilangkan hasud, fitnah, kebencian, dendam dan permusuhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar