Senin, 06 September 2021

Materi dan Tugas ke-3. Menuai Keberkahan Dengan Rasa Hormat dan Taat Pada Orang Tua dan Guru


 

DOA Memulai Belajar

رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا  وَرَسُوْلاً.  رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا وَارْزُقْـنِيْ فَـهْمًا

Artinya:“Aku rela Alloh Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rosul. Ya Alloh, beri aku tambahan ilmu dan pemahaman”.

 PETUNJUK OPERASIONAL 

MATERI : * Bacalah dengan seksama Materi Bab 3. Menuai Keberkahan Dengan Rasa Hormat dan Taat Pada Orang Tua dan Guru, di bawah ini 

TUGAS : * Kerjakan buku LKBPD /LKS PAI kamu pada halaman 24-25, nomor soal 1 s/d 15. (Lihat foto di bawah).  Kemudian  * Foto dan Kirim hasil kerjaan kamu. 


BAB III. 

Menuai Keberkahan Dengan Rasa Hormat dan Taat Pada Orang Tua dan Guru


Sebenarnya orang tua itu ada tiga macam, yaitu:

1. Orang yang menyebabkan kita lahir, yaitu ayah dan ibu kandung. Biasa disebut orang biologis.

2. Orang yang mengajari kita berbagai ilmu pengetahuan, yaitu bapak dan ibu guru. Biasanya guru disebut orang tua rohani.

3. Orang yang menyebabkan pasangan (suami/isteri) kita lahir, yaitu Bapak dan ibu mertua.

Ketiga macam orang tua tersebut wajib kita hormati karena jasa-jasanya yang sangat besar.

Banyak kejadian nyata, bahwa banyak orang yang sukses hidupnya, baik di dunia maupun di akhirat, disebabkan penghormatan dan ketaatan kepada orang tuanya. Sebaliknya, tidak sedikit orang hidup sengsara disebabkannya kedurhakaannya kepada kedua orang tuanya.

Sebagai seorang muslim, kita tentu tidak ingin hidup sengsara di dunia, terlebih lagi di akhirat nanti. Kita selalu menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana do’a yang kita panjatkan setiap hari. 

 

A. KEWAJIBAN BERBAKTI DAN TAAT KEPADA ORANG TUA 

1. Alasan Perlunya Berbakti dan Taat Kepada Orang Tua

Kewajiban tingkat pertama yang harus dilakukan seseorang ialah beribadah kepada Allah, karena Dia-lah yang menciptakannya. Kewajiban tingkat kedua ialah berbakti kepada orang tua, karena peranannya sebagai perantara Allah dalam menciptakan manusia. Kewajiban tingkat ketiga ialah berbuat baik kepada  sesama manusia pada umumnya, karena perannya yang cukup besar dalam memudahkan kehidupan manusia.

Ibu dan bapak sebagai orang tua biologis adalah orang yang besar dan banyak jasanya kepada anak.  Oleh karenanya, setelah berkewajiban beribadah kepada Allah, seseorang berkewajiban berbakti kepada kedua ibu-bapaknya. Terutama berbakti kepada ibunya yang lebih berat menanggung beban dan kesulitannya selama masa mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan mendidik anaknya. Sebagaimana yang disinggung Alloh dalam Al-Qur’an surat Luqman [31] : 14

وَوَصَّيْنَا اْلإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَ فِصَالُهُ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْلِيْ وَ لِوَالِدَيَّ إِلَيَّ الْمَصِيْرُ.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman [31] : 14)

 Rasulullah SAW bersabda:

وَ قَالَ رَجُلٌ لِرَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم: مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أَبُوْكَ.

Berkatalah seorang lelaki kepada Rasulullah SAW: “Siapa yang paling berhak saya pergauli?”. “Ibumu”, jawab beliau. Tanyanya lagi, : “Siapa lagi?”. “Ibumu”, jawab beliau. Tanyanya lagi, “Siapa lagi?”. “Ibumu”, jawab beliau. Tanyanya lagi, “Kemudian, siapa lagi?”. Jawab beliau: “Bapakmu”. (HR Bukhari dan Muslim).

 Peranan orang tua, terutama ibu, tidak sampai di situ, tetapi juga pada usahanya mengarahkan dan mempengaruhi kebaikan akhlak anak, serta kebahagiaan hidup dan kesalamatan agama anak di masa depan. Ibu adalah orang yang paling dekat dan sering berhubungan dengan anak, serta secara langsung mengadakan kontak pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak-anaknya. Karena peranan ibu yang cukup menentukan ini, maka tidak heran jika Nabi SAW bersabda :

الْجَنَّهُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ

Sorga itu berada di bawah telapak kaki para ibu” (HR Ahmad).

 

2. Cara Berbakti dan Taat Kepada Orang Tua (Birrul Walidain)

 Cara berbakti kepada ibu bapak ((birrul walidain) yang masih hidup, antara lain :

1).   Selalu patuh dan taat dalam semua perintah dan larangannya, selama tidak memerintahkan bermaksiat dan melanggar perintah agama. (QS Luqman [31]: 15)

2).   Berbicara dengan tutur kata yang lemah lembut dan sopan, terutama ketika keduanya sudah tua. Dan jangan berkata kasar sekalipun dengan satu kata “hus!”, apalagi sampai melaknat (misuh-misuh) dan membentak-bentaknya. Sebagaimana firman Alloh dalam Q.S. Al-Isra’ [17] : 23

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (dalam Q.S. Al-Isra’ [17] : 23)

3).   Jangan memaggilnya dengan suara keras.

4).   Jangan memerintah dan menyuruh orang tua melakukan apapun.

5).   Bersikaplah yang ramah, lemah lembut, penuh kasih sayang dan tawadhu’. (QS Al-Isra’ [17] : 24)

6).   Membantu meringankan beban pekerjaan ibu-bapak

7).   Jaga nama baik ibu bapak dan jangan membikinnya merasa malu akibat perbuatanmu yang tidak bermoral atau melanggar hukum

8).   Jangan membuka aib orang tua di depan orang lain

9).   Berusaha memenuhi apa yang menjadi kebutuhan orang tua.

10). Jangan meminta sesuatu di luar kemampuan orang tua  Dan Jangan pula sampai membuatnya merasa sedih, apalagi sampai menangiskannya

11). Sewaktu sakit jangan ditinggal sendirian, tetapi tunggui dan doakan agar lekas sembuh, serta bantulah untuk urusan ibadahnya.

12).Sewaktu makan bersama, layanilah secara baik dan sopan.  Jangan minta dilayani.

13).Kalau ingin masuk ke kamarnya, meminta ijin terlebih dahulu.

14).Jika hendak berangkat ke sekolah atau bepergian ke mana saja, hendaknya berpamitan dan minta ijinnya terlebih dahulu, kemudian jabat tangannya dan ucapkan salam. 

15.).Jika pulang dari sekolah atau bepergian, temui ibu-bapak, ucapkan salam dan jabat tangannya.

16).Sewaktu memandang ibu bapak, pandanglah dengan muka berseri, penuh kasih sayang dan ridha, jangan dengan pandangan cemberut, apalagi sambil membelalakkan mata.

17).Setiap selesai shalat, doakan agar dosa-dosanya diampuni dan memperoleh rahmat :

رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا                   

Ya Allah, Tuhanku! Ampunilah dosaku dan dosa kedua ibu-bapakku, dan kasih sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua membimbingku sewaktu kecil”.

 

Cara berbakti (birrul walidain) kepada ibu bapak yang sudah wafat, antara lain :

1).   Selalu berdoa agar dosanya diampuni dan diberi rahmat, terutama sehabis shalat (lihat doa diatas)

2).Sewaktu ibu-bapak meninggal dunia, hendaknya ikut merawat jenazahnya, mulai dari memandikan, menshalati, mengantarkan ke makam, sampai ikut menguburkannya.

3).  Menziarahi kuburnya, mendoakan agar dosanya diampuni, serta mengirimkan pahala bacaan dzikir, surat yasin, ayat Al-Qur’an, dan amal shalih lainnya kepadanya.

4).  Memenuhi janji dan nadzar yang pernah diikrarkan oleh ibu-bapak.

5).  Melaksanakan wasiat atau pesan-pesannya

6).  Melunasi hutang-hutangnya

7).  Memuliakan sahabat ibu bapak dan tetap menyambung tali persaudaraan (shilaturrahim) dengannya.

8).  Meneruskan perjuangan baiknya.

 

 

3. Hikmah dan Manfaat Birrul Walidain:

1).  Akan dimasukkan kedalam surga yang tertinggi. (HR Dailami)

2).  Diridhoi Allah:

رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ, وَ سُخْطُ اللَّهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ

Kerelaan Allah tergantung pada kerelaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan keduanya” (HR Bukhari dan Muslim)

3).  Anak keturunannya akan berbakti kepadanya :

بِرُّوْا آبَائَكُمْ تَبَرَّئَكُمْ اَبْنَائُكُمْ. وَ عِفُّوْا تَعِفَّ نِسَائُكُمْ

Berbaiktilah kepada ibu bapak kalian, maka anak-anak kalian nanti akan berbakti kepada kalian. Dan jaga kesucian dirimu, maka isteri-isterimu pun akan menjaga kesuciannya” (HR Thabrani)

4).  Rizkinya diperlancar dan usianya diperpanjang. (HR Ahmad). Artinya, rizki dan usianya berkah.

5).  Mendapatkan pahala dan dosa-dosanya diampuni (HR Tirmidzi, Al-Hakim)

6).  Akan mendapatkan doa baik dari ibu-bapak. Sementara doa keduanya tentu mustajab.

7).  Segala doanya mustajab (mudah terkabul). (HR Bukhari dan Muslim)

8).  Memandang ibu bapak dengan pandangan kasih sayang merupakan ibadah (HR Baihaqi, Abu Na’im, Daruquthni) 

 

4. Bahaya Durhaka Kepada Ibu Bapak  (‘Uququl Walidain)

1).  Dosanya sangat besar (HR Bukhari danTirmidzi)

2).  Akan dilaknat oleh Allah di dunia dan di akhirat. Kata Rasulullah, bahwa Allah akan mengutuk :1) anak yang berani mengumpat atau mencaci maki ibu-bapaknya, 2) orang yang menghilangkan (mencabut) batas tanah, dan  3) orang yang menampung (mem-backing) orang yang melakukan kejahatan (HR Ahmad, Ibnu Hibban).

3).  Tidak masuk surga (HR Ahmad, Nasai, Hakim)            

4).  Allah menyegerakan siksa-Nya di dunia, sebelum ia meninggal.  Kata Abu Bakar, Nabi pernah bersabda “Allah berkenan mengundurkan (siksaan akibat) dosa-dosa sesuai kehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa anak yang durhaka kepada ibu-bapaknya. Allah akan mempercepatnya dalam kehidupan ini sebelum ia meninggal dunia” (HR Bukhari)

5).  Amal shalihnya tidak akan diterima Allah, termasuk shalatnya. (HR Thabrani)

6).  Kuwalat, kena doa jelek orang tua. Ingat cerita sahabat ‘Alqamah (HR Ahmad dan Thabrani) dan cerita Juraij, seorang rahib bani israil.

7).  Rizkinya dipersempit, hidupnya serba sulit dan tak bahagia. 

 

B. KEWAJIBAN BERBAKTI DAN TAAT KEPADA GURU

1. Alasan Keharusan Menghormati, Memuliakan & Mentaati Guru

Yang dimaksud dengan Guru ialah setiap orang yang mendidik, memberi pelajaran, dan melatih ketrampilan kita. Dialah yang sangat berjasa mengantarkan kita menjadi orang yang berilmu (ilmuwan), beradab, ahli dan trampil di berbagai bidang serta bertakwa kepada Allah.

Guru adalah orang yang tidak mengharapkan apa-apa (kesenangan duniawi) dari para muridnya, selain berharap agar mereka menjadi orang yang shalih (baik dan bermanfaat), menguasai berbagai cabang ilmu dan berakhlak mulia. Dengan demikian, orang yang disebut guru tidak hanya yang mengajar di sekolah formal seperti di TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi, akan tapi adalah guru yang mengajar di Majlis Pengajian, TPQ, Pondok Pesantren, Musholla atau Masjid (yang biasa disebut ustadz atau kiyai). Juga guru di tempat-tempat kursus dan di mana saja. Maka sangat tepat jika sayyidina Ali berkata:

أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي وَ لَوْ حَرْفًا

Saya adalah menjadi hamba (pelayan) orang yang mengajari aku, sekalipun satu huruf”.

 Guru berperan sebagai wakil orang tua didalam menjalankan fungsi mendidik, mengajar dan melatih kita. Dalam aspek pendidikan ini, kedudukan guru sama dengan kedudukan orang tua. Oleh karena itu, kita wajib menghormati, memuliakan, mentaati dan berbakti kepada guru sebagaimana yang kita lakukan kepada orang tua kandung.

Rasulullah SAW bersabda:

وَقِّرُوْا مَنْ تَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ

Muliakanlah orang yang kalian belajar kepadanya” (HR Abul Hasan al-Mawardi)

 

 2. Cara Bersopan santun dan Memuliakan Guru

 1).   Mematuhi dan mentaati semua perintah dan larangan guru, selama tidak bertentangan dengan agama dan tidak menyuruh maksiat.

2).   Mengucapkan salam dan menjabat tangannya setiap kali bertemu dan berpisah.

3).   Mendengarkan dan memperhatikan setiap pelajaran yang diberikannya dengan tekun. 

4).   Memperhatikan setiap saran, petunjuk atau arahannya, dan melaksana-kannya dengan sabar.

5).   Berbicara dengan tutur kata yang baik, halus dan penuh kesopanan. 

6).   Tidak berkata ngawur dan tanpa aturan di hadapan guru.

7).   Tidak mentertawakan, mengejek, menggunjing, dan mempermainkan guru, apalagi sampai menyakiti badannya.

8).   Tidak berjalan dengan congkak di depan guru, apalagi guru yang sedang duduk di bawah. Akan tetapi berjalanlah dengan sopan dan mintalah ijin (permisi) terlebih dahulu.

9).  Bersikap Tawadhu’ (merendah/rendah hati) dan tidak menyombongkan diri di hadapan guru.

Nabi bersabda :

تَعَلَّمُوْا  وَ عَلِّمُوْا وَ تَوَاضَعُوْا   لِمُعَلِّمِيْكُمْ وَ لِيْنُوْا  لِمُعَلِّمِيْكُمْ (رواه الطبراني)

ارتيۑا :"رسول الله ﷺ بۤرسابدا : بۤلاجارلاه، مۤݟاجارلاه دان مۤرۤنداه ديريلاه (تَوَاضُعْ ) كۤڤادا ڮورو-ڮورو كاليان دان بۤرلاكو بايكلاه كۤڤادا ڮورو-ڮورو كاليان".

10). Jika kesulitan memahami suatu pelajaran, atau kurang faham terhadap keterangan guru, jangan segan-segan menanyakannya kepada guru dengan sopan.                         

11). Jangan bertanya di tengah-tengah guru sedang menjelaskan pelajaran. Hal ini akan mengganggu konsentrasi guru dan para murid yang lain. Akan tetapi tunggulah sampai guru selesai menjelaskan, atau tunggu sampai guru memberi kesempatan bertanya kepada murid.

12). Meminta ijin guru terlebih dahulu sewaktu terlambat masuk, atau hendak keluar untuk keperluan tertentu.

13). Jangan membuat guru malu dan marah dengan perilaku atau sikap kamu yang tidak sopan.

 

 

3. Hikmah Memuliakan Guru dan Bahaya Tidak Memuliakannya

 Memuliakan dan menghormati guru sebenarnya dapat menguntungkan diri sendiri. Selain dinilai sebagai suatu ibadah, juga akan mendorong murid semangat dan tekun belajar, sehingga ia menjadi orang yang sukses menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki ilmu yang bermanfaat.

Kenapa demikian? Karena dengan memuliakan dan menghormati guru, akan menyebabkan murid mencintai pelajaran yang diajarkannya. Jika sudah tertanam rasa senang dan mencitai pelajarannya, tentu akan mendorong murid semangat mempelajari pelajaran tersebut. Dengan begitu, maka murid akan memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat banyak dan senang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmunya bermanfaat.

Sebaliknya, dengan tidak menghormati atau memuliakan guru, apalagi sampai membenci guru, hal ini akan berakibat buruk pada murid, antara lain ilmu yang diperolehnya mudah hilang (lupa), tidak berkah dan tidak membawa kemanfaatan.

Kenapa demikian? Karena murid yang tidak memuliakan guru, apalagi yang sampai membenci guru, menandakan bahwa ia tidak senang kepada gurunya. Hal ini akan berpengaruh pada tidak mencintai pelajaran yang diajarkan guru. Sehingga murid akan malas mempelajarinya, sehingga ia tidak mendapatkan ilmu yang ia harapkan. Kalaupun memperoleh ilmu, ilmunya mudah hilang (lupa), tidak berkah dan tidak bermanfaat. Terutama jika guru tidak ikhlas memberikan ilmunya, tentu akan berakibat fatal.

  

 

DOA Mengakhiri Belajar

اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَوْدِعُكَ مَا عَلَّمْتَنِيْهِ فَارْدُدْهُ اِلَيَّ عِنْدَ حَاجَتِيْ  اِلَيْهِ. وَلَا تُنْسِنِيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ 

 Artinya: ”Ya Alloh, aku titipkan ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Lalu kembalikan ilmu tersebut pada saat aku membutuhkannnya (untuk ujian, diamalkan, dll). dan jangan Engkau membuatku lupa padanya

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar