DOA Memulai Belajar رَضِيْتُ بِاللَّهِ رَبًّا, وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا, وَبِمُحَمَّدٍ نَبِـيًّا وَرَسُوْلاً. رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا وَارْزُقْـنِيْ فَـهْمًاArtinya:“Aku rela Alloh Tuhanku, Islam agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rosul. Ya Alloh, beri aku tambahan ilmu dan pemahaman”. |
MATERI : * Bacalah dengan seksama Materi Bab 3. Menuai Keberkahan Dengan Rasa Hormat dan Taat Pada Orang Tua dan Guru, di bawah ini
TUGAS : * Kerjakan buku LKBPD /LKS PAI kamu pada halaman 24-25, nomor soal 1 s/d 15. (Lihat foto di bawah). Kemudian * Foto dan Kirim hasil kerjaan kamu.
BAB III.
Menuai Keberkahan Dengan Rasa Hormat dan Taat Pada Orang Tua dan Guru
Sebenarnya
orang tua itu ada tiga macam, yaitu:
1. Orang yang menyebabkan kita
lahir, yaitu ayah dan ibu kandung. Biasa disebut orang biologis.
2. Orang yang mengajari kita berbagai
ilmu pengetahuan, yaitu bapak dan ibu guru. Biasanya guru disebut orang tua
rohani.
3. Orang yang menyebabkan pasangan
(suami/isteri) kita lahir, yaitu Bapak dan ibu mertua.
Ketiga
macam orang tua tersebut wajib kita hormati karena jasa-jasanya yang sangat
besar.
Banyak
kejadian nyata, bahwa banyak orang yang sukses hidupnya, baik di dunia maupun
di akhirat, disebabkan penghormatan dan ketaatan kepada orang tuanya.
Sebaliknya, tidak sedikit orang hidup sengsara disebabkannya kedurhakaannya
kepada kedua orang tuanya.
Sebagai seorang muslim, kita tentu tidak ingin hidup sengsara di dunia, terlebih lagi di akhirat nanti. Kita selalu menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, sebagaimana do’a yang kita panjatkan setiap hari.
A. KEWAJIBAN BERBAKTI DAN TAAT KEPADA ORANG TUA
1. Alasan Perlunya
Berbakti dan Taat Kepada Orang Tua
Kewajiban tingkat
pertama yang harus dilakukan seseorang ialah beribadah kepada Allah, karena
Dia-lah yang menciptakannya. Kewajiban tingkat kedua ialah berbakti kepada
orang tua, karena peranannya sebagai perantara Allah dalam menciptakan manusia.
Kewajiban tingkat ketiga ialah berbuat baik kepada sesama manusia pada umumnya, karena perannya
yang cukup besar dalam memudahkan kehidupan manusia.
Ibu dan bapak sebagai
orang tua biologis adalah orang yang besar dan banyak jasanya kepada anak. Oleh karenanya, setelah berkewajiban
beribadah kepada Allah, seseorang berkewajiban berbakti kepada kedua
ibu-bapaknya. Terutama berbakti kepada ibunya yang lebih berat menanggung beban
dan kesulitannya selama masa mengandung, melahirkan, menyusui, merawat dan
mendidik anaknya. Sebagaimana yang disinggung Alloh dalam Al-Qur’an surat Luqman
[31] : 14
وَوَصَّيْنَا اْلإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ
حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَ فِصَالُهُ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ
اشْكُرْلِيْ وَ لِوَالِدَيَّ إِلَيَّ الْمَصِيْرُ.
“Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya. Ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu” (QS Luqman [31] : 14)
Rasulullah SAW bersabda:
وَ قَالَ رَجُلٌ لِرَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه
و سلم: مَنْ أَحَقُّ بِحُسْنِ صَحَابَتِيْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟
قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: أُمُّكَ. قَالَ :ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ:
أَبُوْكَ.
Berkatalah seorang lelaki kepada
Rasulullah SAW: “Siapa yang paling berhak saya pergauli?”. “Ibumu”,
jawab beliau. Tanyanya lagi, : “Siapa lagi?”. “Ibumu”, jawab
beliau. Tanyanya lagi, “Siapa lagi?”. “Ibumu”, jawab beliau.
Tanyanya lagi, “Kemudian, siapa lagi?”. Jawab beliau: “Bapakmu”.
(HR Bukhari dan Muslim).
Peranan orang tua, terutama ibu, tidak sampai di situ, tetapi juga pada usahanya mengarahkan dan mempengaruhi kebaikan akhlak anak, serta kebahagiaan hidup dan kesalamatan agama anak di masa depan. Ibu adalah orang yang paling dekat dan sering berhubungan dengan anak, serta secara langsung mengadakan kontak pendidikan, bimbingan dan pengarahan kepada anak-anaknya. Karena peranan ibu yang cukup menentukan ini, maka tidak heran jika Nabi SAW bersabda :
الْجَنَّهُ تَحْتَ أَقْدَامِ اْلأُمَّهَاتِ
“Sorga
itu berada di bawah telapak kaki para ibu” (HR Ahmad).
2. Cara Berbakti
dan Taat Kepada Orang Tua (Birrul Walidain)
Cara berbakti kepada ibu bapak ((birrul walidain) yang masih hidup, antara lain :
1). Selalu patuh dan taat dalam semua
perintah dan larangannya, selama tidak memerintahkan bermaksiat dan melanggar
perintah agama. (QS Luqman [31]: 15)
2). Berbicara dengan tutur kata yang
lemah lembut dan sopan, terutama ketika keduanya sudah tua. Dan jangan berkata
kasar sekalipun dengan satu kata “hus!”, apalagi sampai melaknat (misuh-misuh)
dan membentak-bentaknya. Sebagaimana firman Alloh dalam Q.S. Al-Isra’ [17] : 23
Artinya: “Dan
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah
berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau
membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (dalam Q.S. Al-Isra’ [17] : 23)
3). Jangan memaggilnya dengan suara keras.
4). Jangan memerintah dan menyuruh orang
tua melakukan apapun.
5). Bersikaplah yang ramah, lemah
lembut, penuh kasih sayang dan tawadhu’. (QS Al-Isra’ [17] : 24)
6). Membantu meringankan beban pekerjaan
ibu-bapak
7). Jaga nama baik ibu bapak dan jangan
membikinnya merasa malu akibat perbuatanmu yang tidak bermoral atau melanggar
hukum
8). Jangan membuka aib orang tua di
depan orang lain
9). Berusaha memenuhi apa yang menjadi
kebutuhan orang tua.
10). Jangan meminta sesuatu di luar
kemampuan orang tua Dan Jangan pula
sampai membuatnya merasa sedih, apalagi sampai menangiskannya
11). Sewaktu sakit jangan ditinggal
sendirian, tetapi tunggui dan doakan agar lekas sembuh, serta bantulah untuk
urusan ibadahnya.
12).Sewaktu makan bersama, layanilah
secara baik dan sopan. Jangan minta dilayani.
13).Kalau ingin masuk ke kamarnya,
meminta ijin terlebih dahulu.
14).Jika hendak berangkat ke sekolah
atau bepergian ke mana saja, hendaknya berpamitan dan minta ijinnya terlebih
dahulu, kemudian jabat tangannya dan ucapkan salam.
15.).Jika pulang dari sekolah atau
bepergian, temui ibu-bapak, ucapkan salam dan jabat tangannya.
16).Sewaktu memandang ibu bapak,
pandanglah dengan muka berseri, penuh kasih sayang dan ridha, jangan dengan
pandangan cemberut, apalagi sambil membelalakkan mata.
17).Setiap selesai shalat, doakan
agar dosa-dosanya diampuni dan memperoleh rahmat :
رَبِّ
اغْفِرْلِيْ وَ لِوَالِدَيَّ وَ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِيْ صَغِيْرًا
“Ya Allah, Tuhanku! Ampunilah dosaku dan dosa kedua
ibu-bapakku, dan kasih sayangilah keduanya, sebagaimana mereka berdua
membimbingku sewaktu kecil”.
Cara berbakti (birrul walidain)
kepada ibu bapak yang sudah wafat, antara lain :
1). Selalu
berdoa agar dosanya diampuni dan diberi rahmat, terutama sehabis shalat (lihat
doa diatas)
2).Sewaktu ibu-bapak
meninggal dunia, hendaknya ikut merawat jenazahnya, mulai dari memandikan,
menshalati, mengantarkan ke makam, sampai ikut menguburkannya.
3). Menziarahi kuburnya,
mendoakan agar dosanya diampuni, serta mengirimkan pahala bacaan dzikir, surat
yasin, ayat Al-Qur’an, dan amal shalih lainnya kepadanya.
4). Memenuhi janji dan nadzar yang pernah
diikrarkan oleh ibu-bapak.
5). Melaksanakan wasiat atau pesan-pesannya
6). Melunasi hutang-hutangnya
7). Memuliakan sahabat ibu bapak dan tetap
menyambung tali persaudaraan (shilaturrahim) dengannya.
8). Meneruskan perjuangan baiknya.
3.
Hikmah dan Manfaat Birrul Walidain:
1). Akan dimasukkan kedalam surga yang tertinggi.
(HR Dailami)
2). Diridhoi
Allah:
رِضَا اللَّهِ فِي رِضَا الْوَالِدَيْنِ, وَ
سُخْطُ اللَّهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ
“Kerelaan
Allah tergantung pada kerelaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung
pada kemurkaan keduanya” (HR Bukhari dan Muslim)
3). Anak
keturunannya akan berbakti kepadanya :
بِرُّوْا آبَائَكُمْ تَبَرَّئَكُمْ
اَبْنَائُكُمْ. وَ عِفُّوْا تَعِفَّ نِسَائُكُمْ
“Berbaiktilah
kepada ibu bapak kalian, maka anak-anak kalian nanti akan berbakti kepada
kalian. Dan jaga kesucian dirimu, maka isteri-isterimu pun akan menjaga
kesuciannya” (HR Thabrani)
4). Rizkinya diperlancar dan usianya diperpanjang.
(HR Ahmad). Artinya, rizki dan usianya berkah.
5). Mendapatkan pahala dan dosa-dosanya diampuni
(HR Tirmidzi, Al-Hakim)
6). Akan mendapatkan doa baik dari ibu-bapak.
Sementara doa keduanya tentu mustajab.
7). Segala doanya mustajab (mudah terkabul). (HR
Bukhari dan Muslim)
8). Memandang ibu bapak dengan pandangan kasih sayang merupakan ibadah (HR Baihaqi, Abu Na’im, Daruquthni)
4. Bahaya Durhaka Kepada Ibu Bapak (‘Uququl Walidain)
1). Dosanya sangat besar (HR Bukhari danTirmidzi)
2). Akan dilaknat oleh Allah di dunia dan di
akhirat. Kata Rasulullah, bahwa Allah akan mengutuk :1) anak yang berani
mengumpat atau mencaci maki ibu-bapaknya, 2) orang yang menghilangkan
(mencabut) batas tanah, dan 3) orang
yang menampung (mem-backing) orang yang melakukan kejahatan (HR Ahmad,
Ibnu Hibban).
3). Tidak masuk surga (HR Ahmad, Nasai, Hakim)
4). Allah menyegerakan siksa-Nya di dunia, sebelum
ia meninggal. Kata Abu Bakar, Nabi
pernah bersabda “Allah berkenan mengundurkan (siksaan akibat) dosa-dosa sesuai
kehendak-Nya sampai hari kiamat, kecuali dosa anak yang durhaka kepada
ibu-bapaknya. Allah akan mempercepatnya dalam kehidupan ini sebelum ia
meninggal dunia” (HR Bukhari)
5). Amal shalihnya tidak akan diterima Allah,
termasuk shalatnya. (HR Thabrani)
6). Kuwalat, kena doa jelek orang tua.
Ingat cerita sahabat ‘Alqamah (HR Ahmad dan Thabrani) dan cerita Juraij,
seorang rahib bani israil.
7). Rizkinya dipersempit, hidupnya serba sulit dan tak bahagia.
B.
KEWAJIBAN BERBAKTI DAN TAAT KEPADA GURU
1. Alasan Keharusan Menghormati, Memuliakan & Mentaati Guru
Yang dimaksud dengan Guru
ialah setiap orang yang mendidik, memberi pelajaran, dan melatih ketrampilan
kita. Dialah yang sangat berjasa mengantarkan kita menjadi orang yang berilmu
(ilmuwan), beradab, ahli dan trampil di berbagai bidang serta bertakwa kepada
Allah.
Guru adalah orang yang tidak
mengharapkan apa-apa (kesenangan duniawi) dari para muridnya, selain berharap
agar mereka menjadi orang yang shalih (baik dan bermanfaat), menguasai berbagai
cabang ilmu dan berakhlak mulia. Dengan demikian, orang yang disebut guru tidak
hanya yang mengajar di sekolah formal seperti di TK, SD, SMP, SMA, dan
Perguruan Tinggi, akan tapi adalah guru yang mengajar di Majlis Pengajian, TPQ,
Pondok Pesantren, Musholla atau Masjid (yang biasa disebut ustadz atau kiyai).
Juga guru di tempat-tempat kursus dan di mana saja. Maka sangat tepat jika
sayyidina Ali berkata:
أَنَا
عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي وَ لَوْ حَرْفًا
“Saya adalah
menjadi hamba (pelayan) orang yang mengajari aku, sekalipun satu huruf”.
Rasulullah SAW
bersabda:
وَقِّرُوْا
مَنْ تَتَعَلَّمُوْنَ مِنْهُ
“Muliakanlah orang
yang kalian belajar kepadanya” (HR Abul Hasan al-Mawardi)
2. Cara Bersopan santun dan Memuliakan Guru
1). Mematuhi dan mentaati semua perintah dan larangan guru, selama tidak bertentangan dengan agama dan tidak menyuruh maksiat.
2). Mengucapkan
salam dan menjabat tangannya setiap kali bertemu dan berpisah.
3). Mendengarkan
dan memperhatikan setiap pelajaran yang diberikannya dengan tekun.
4). Memperhatikan
setiap saran, petunjuk atau arahannya, dan melaksana-kannya dengan sabar.
5). Berbicara
dengan tutur kata yang baik, halus dan penuh kesopanan.
6). Tidak
berkata ngawur dan tanpa aturan di hadapan guru.
7). Tidak
mentertawakan, mengejek, menggunjing, dan mempermainkan guru, apalagi sampai
menyakiti badannya.
8). Tidak
berjalan dengan congkak di depan guru, apalagi guru yang sedang duduk di bawah.
Akan tetapi berjalanlah dengan sopan dan mintalah ijin (permisi) terlebih
dahulu.
9).
Bersikap Tawadhu’ (merendah/rendah hati) dan tidak menyombongkan diri di
hadapan guru.
Nabi bersabda :
تَعَلَّمُوْا
وَ عَلِّمُوْا وَ تَوَاضَعُوْا
لِمُعَلِّمِيْكُمْ وَ لِيْنُوْا
لِمُعَلِّمِيْكُمْ (رواه الطبراني)
ارتيۑا
:"رسول الله ﷺ بۤرسابدا : بۤلاجارلاه، مۤݟاجارلاه دان مۤرۤنداه ديريلاه
(تَوَاضُعْ ) كۤڤادا ڮورو-ڮورو كاليان دان بۤرلاكو بايكلاه كۤڤادا ڮورو-ڮورو
كاليان".
10). Jika kesulitan memahami suatu pelajaran, atau
kurang faham terhadap keterangan guru, jangan segan-segan menanyakannya kepada
guru dengan sopan.
11). Jangan bertanya di tengah-tengah guru sedang
menjelaskan pelajaran. Hal ini akan mengganggu konsentrasi guru dan para murid
yang lain. Akan tetapi tunggulah sampai guru selesai menjelaskan, atau tunggu
sampai guru memberi kesempatan bertanya kepada murid.
12). Meminta ijin guru terlebih dahulu sewaktu
terlambat masuk, atau hendak keluar untuk keperluan tertentu.
13). Jangan membuat guru malu dan marah dengan
perilaku atau sikap kamu yang tidak sopan.
3. Hikmah Memuliakan Guru dan Bahaya
Tidak Memuliakannya
Memuliakan dan menghormati guru sebenarnya dapat menguntungkan diri sendiri. Selain dinilai sebagai suatu ibadah, juga akan mendorong murid semangat dan tekun belajar, sehingga ia menjadi orang yang sukses menguasai ilmu pengetahuan dan memiliki ilmu yang bermanfaat.
Kenapa demikian? Karena dengan
memuliakan dan menghormati guru, akan menyebabkan murid mencintai pelajaran
yang diajarkannya. Jika sudah tertanam rasa senang dan mencitai pelajarannya,
tentu akan mendorong murid semangat mempelajari pelajaran tersebut. Dengan
begitu, maka murid akan memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat banyak dan
senang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmunya bermanfaat.
Sebaliknya, dengan tidak menghormati
atau memuliakan guru, apalagi sampai membenci guru, hal ini akan berakibat
buruk pada murid, antara lain ilmu yang diperolehnya mudah hilang (lupa), tidak
berkah dan tidak membawa kemanfaatan.
Kenapa demikian? Karena murid yang
tidak memuliakan guru, apalagi yang sampai membenci guru, menandakan bahwa ia
tidak senang kepada gurunya. Hal ini akan berpengaruh pada tidak mencintai
pelajaran yang diajarkan guru. Sehingga murid akan malas mempelajarinya,
sehingga ia tidak mendapatkan ilmu yang ia harapkan. Kalaupun memperoleh ilmu,
ilmunya mudah hilang (lupa), tidak berkah dan tidak bermanfaat. Terutama jika
guru tidak ikhlas memberikan ilmunya, tentu akan berakibat fatal.
DOA Mengakhiri Belajar اَللَّهُمَّ اِنِّيْ اَسْتَوْدِعُكَ مَا عَلَّمْتَنِيْهِ فَارْدُدْهُ اِلَيَّ عِنْدَ حَاجَتِيْ اِلَيْهِ. وَلَا تُنْسِنِيْهِ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar