Bahan Ajar dan Latihan Soal PAI Kurikulum 13
Untuk Siswa Kelas IX Semester Ganjil
SMPN 1 Cerme Gresik – Jawa Timur
___________________________________________
Penulis :
Drs. A. SUCHAIMI, M.A.
A. SEJARAH MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA
1.
Masuknya Islam Pertama Kali
Para sejarawan berbeda pedapat
tentang awal masuknya Islam ke Indonesia.
Ada yang
mengatakan abad ke-7 M, ada yang abad ke-13 M.
Berdasarkan bukti dan fakta
sejarah yang terkuat, Islam pertama kali masuk ke Indonesaia adalah pada akhir
abad ke-7 Masehi atau abad 1 Hijriyah, semasa dengan dinasti Bani Umaiyah di
Damaskus. Menurut berita dari Cina, pada abad ke-7 (sekitar tahun 674-675) ada
utusan dari raja Ta-Cheh (Arab) menemui Ratu Sima di kerajaan
Kalingga - di Boyolali Jawa Tengah. Utusan itu meletakkan punti-pundi emas
di tengah jalan, untuk menguji keadilan dan kejujuran Ratu Sima dan rakyatnya
dalam menjalankan agama Budhanya.
Menurut Buya DR. Hamka, raja
Ta-Cheh tersebut diduga bernama Mu'awiyah bin Abu Sufyan, kholifah
pertama Bani Umaiyyah.
Masuknya Islam melalui dua jalur :
1. Jalur utara (darat).
Rutenya: Arab (Mekah dan Madinah) - Damaskus - Baghdad
- Gujarat (pantai barat India)
- Sri Langka - Indonesia.
2. Jalur selatan (laut).
Rutenya : Arab (Mekah dan madinah) - Hadhro-maut (Yaman) - Gujarat - Sri Langka
- Indonesia.
Islam adalah agama missi yang
disebarkan pertama kali oleh Nabi e pada
awal abad 7 M. Bangsa Arab, tentu saja, adalah bangsa yang pertama kali memeluk
dan menyebarkan Islam.
Nabi saw
bersabda :
بَلِّـغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
"Sampaikan ajaran dari ku, sekalipun satu ayat"
Al-Hadits.
Terdorong oleh panggilan agama
tersebut, maka setiap muslim terpanggil hatinya untuk
ikut
menyebarkan Islam keseluruh penjuru dunia. Tidak luput para pedagangnya, yang
pada abad ke-7 sudah terbiasa pulang pergi antara Arab
- Persia - India - Cina, melalui selat Malaka. Sementara letak Indonesia
dengan selat Malaka-nya saat itu berada di jalur perdagangan internasional.
Mereka berdagang sambil berdakwah. Maka tidak heran, jika pada abad ke-7 Islam
sudah masuk dan dikenal penduduk Indonesia,
sekalipun terbatas pada penduduk sekitar kota
pelabuhan dan pesisir Sumatera Utara.
Islam baru mulai berkembang dengan pesat setelah
berdirinya Kerajaan Islam Samudera Pasai di daerah Aceh Sumatera Utara
pada abad ke-13 M .
2. Kota Pelabuhan dan Pesisir
: Daerah Pertama Kali Kedatangan Islam
Islam masuk ke Indonesia
tidak dalam kurun yang bersamaan.
Daerah-daerah yang pertama kali menerima Islam antara abad 7 - 12 masehi adalah :
1). Kota-kota pelabuhan
sekitar Selat Malaka. Diantaranya kota Pasai
di pesisir Aceh, pada abad 7 M merupakan kota
pelabuhan internasional. Di sini para pedagang biasa singgah dalam
perjalanannya dari India
ke Cina dan sebaliknya.
2). Pantai barat Sumatera. Pada abad 7 M
ditemukan bukti adanya perkampungan muslim asal Arab di pesisir barat Sumatera,
yakni kota Barus . Di sana
ditemukan makam seorang syeikh bernama Mukaidin,
di batu nisannya tertulis tahun wafat : 670 M.
3). Di desa Leran
Manyar Gresik, ditemukan makam tua milik Fathimah binti Maimun binti
Hibatullah, di lokasi Kubur Panjang. Di batu nisannya tertulis tahun
wafatnya: bulan Rojab 495 H, alias = 1082 M. Leran Manyar saat itu merupakan
pelabuhan tua di Gresik dan tempat LEREN, atau tempat singgah pada
pedagang muslim yang bongkar muat di pelabuhan.
B. JALUR-JALUR MASUKNYA
ISLAM DI NUSANTARA
1.
Proses Islamisasi
Tidak dapat dipungkiri, Islam ke Nusantara
dengan cara damai, bukandengan cara kekerasan. Dalam hal ini, peran dan jasa
para pedagang sangat besar dalam
penyebaran Islam pertama kali sejak abad ke-7 M. Proses Islamisasi mengalami
perkembangan pesat sejak abad ke-13 M, melalui beberapa saluran atau jalur,
yaitu jalur: 1) perdagangan, 2) perkawinan (soaial), 3) pendidikan pesantren,
4) ajaran tasawwuf, 5) politik, dan 6)
seni budaya.
1). Jalur Perdagangan
Para
pedagang muslim mula-mula berdatangan ke kota-kota pelabuhan (daerah pesisir).
Diantara mereka ada yang bertempat tinggal sementara dan ada yang menatap di
perkampungan tersendiri. Mereka setiap hari bergaul dan berbaur. Lambat laun, Pergaulan dan pembauran ini
mempengaruhi kepercayaan dan agama penduduk. Mula-mula yang menerima Islam,
tentu saja, adalah para pedagang pribumi, lalu diikuti para pekerja,
pembantu, dan penduduk sekitar. Jika yang masuk Islam itu adipati,
bangsawan dan tokoh masyarakat, maka proses islamisasi semakin cepat, karena
hal itu akan diikuti rakyat secara luas.
2). Jalur Perkawinan
(sosial)
Para
pedagang muslim biasanya tidak membawa serta isteri dan anak-anaknya. Hal ini
mendorong mereka memperistri penduduk pribumi.
Calon isterinya tentu
disyahadatkan atau diislamkan dulu. Jika tidak, perkawinannya tidak sah.
Islamnya isteri, paling tidak, akan diikuti oleh anak keturunannya, yang lambat
laun akan diikuti juga oleh keluarga dan kerabat dekat atau jauh.
Cerita-cerita babad, hikayat, dan sejarah
menceritakan adanya perkawinan semacam ini. Misalnya Sunan Ampel mengawini Nyi
Ageng Manila, putri Bupati Tuban. Syeh
Maulana Ishak mengawini Dewi Sekardadu, puteri Raja Blambangan. Raden Patah bin
Raja Brawijaya V, diambil menantu oleh Sunan Ampel. Melalui perkawinan ini,
Islam berkembang pesat, bahkan sampai
menyusup masuk ke istana kerajaan.
3). Jalur Pendidikan Pesantren
Sistim pendikan pesantren sudah dikenal sejak
jaman pra-Islam, yang disebut Mandhala, tempat untuk mendidik
para calon pendeta Hindu, yang siswanya terbatas dari kaum Brahmana. Model Mandhala
ini lalu dikembangkan para muballigh menjadi sebuah lembaga pendidikan
Islam "Pesantren", dimana siswanya terbuka untuk umum, tidak terbatas
pada golongan tertentu.
Pesantren tidak sekedar sebagai
tempat pendidikan, tetapi sekaligus sebagai tempat tinggal Guru beserta
keluarga dan para santri. Komplek-komplek tempat tinggal mereka ini, lalu
dikenal dengan Pondok Pesantren.
Dari kalangan Walisongo,
Maulana Malik Ibrahim barangkali dapat dipandang sebagai perintis pertama
pesantren di Jawa. Mula-mula ia dirikan Langgar atau Musholla sebagai
tempat shalat sekaligus berfungsi sebagai tempat belajar agama, mengaji
Al-Qur'an dan kitab-kitab kuning. Lama-kelamaan Langgar ini menjadi pesantren
sederhana bagi warga sekitar.
Tujuan Pendidikan pesantren adalah mempersiapkan kader-kader ulama dan muballigh
yang siap menyebarkan agama Islam kepada masyarakat luas, Di samping juga untuk
meningkatkan kualitas pengetahuan agama para santrinya. Setelah pulang, mereka
diharapkan menjadi penyebar Islam dan atau mendirikan Pesantren-pesantren di
sekitar daerahnya.
4). Jalur Ajaran Tasawwuf
Melalui ajaran tasawwuf ini,
agama Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Karena tasawwuf memiliki
beberapa kesamaan unsur dengan kepercayaan lama (Hindu dan Budha) yang dianut
mayoritas masyarakat saat itu, yakni
mementingkan aspek batiniah atau mistik.
5). Jalur Politik
Pengaruh politik raja sangat
membantu proses Islamisasi. Di Maluku dan Sulawesi Selatan, rakyat
berduyun-duyun masuk Islam setelah Rajanya masuk Islam. Di beberapa daerah di Indonesia,
demi kepentingan politik, kerajaan Islam memerangi kerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam, secara politis, menarik penduduk kerajaan non Islam
untuk masuk Islam
6). Jalur Seni Budaya
Berbagai cabang seni, tradisi dan aspek-aspek
budaya lainnya, dilestarikan dan dibiarkan tumbuh subur, bahkan dikembangkan
menjadi bentuk baru, sekaligus dijadikan sarana berdakwah, setelah para
muballigh memasukkan nilai-nilai keislaman kedalamnya.
Misalnya Walisongo,
terutama Sunan Kalijaga, sangat berjasa dalam mengembangkan
kesenian wayang. Setiap datang bulan Mulud, di alun-alun Kraton Demak selalu
diadakan pertunjukan wayang dan alunan musik gamelan. Para
pengunjung tidak ditarik biaya seperser pun, hanya disuruh membaca kalimat
syahadat.
2. Peranan Ulama dan Muballigh Dalam Penyebaran
Islam
Berawal dari pesisir Sumatera
utara dan pesisir utara Jawa, Islam disebarkan ke pelosok pedalaman dan
pulau-pulau di Indonesia oleh para muballigh dan ulama.
Untuk kasus di pulau Jawa, proses
Islamisasi berjalan sangat pesat
pada abad ke-14 sampai abad ke-15, melalui keenam jalur/saluran di atas. Para
Muballigh yang sangat berjasa dan berperan dalam hal ini ialah kelompok
dakwah Walisongo.
Menurut Asnan Wahyudi dan Abu
Khalid, MA dalam bukunya, Kisah Walisongo, yang dinukil dari kitab Kanzul
'Ulum, karya Ibnu Bathutoh, bahwa
istilah Walisongo merupakan nama sebuah Lembaga Dewan
Dakwah atau Dewan Muballigh di Jawa yang beranggotakan 9 orang
pengurus.
Dewan ini mengadakan tiga kali
sidang penggantian pengurus, yaitu pada tahun 1404 M, 1436 M dan 1463 M.
Ditambahkan oleh KH Dahlan Abdul Qohhar, Dewan ini mengadakan sidang keempat
pada tahun 1466 dan sidang kelima sehubungan dengan kasus Sekh Siti Jenar.
Walisongo Periode Pertama,
mengadakan sidang pertama tahun 1404. Sembilan orang Pengurusnya : 1) Maulana
Malik Ibrahim (w. 1419 di Gresik); 2) Maulana Ishaq; 3) Maulana Ahmad Jumadil Kubra (makamnya di
Trowulan Mojokerto); 4) Maulana Muhammad
al-Maghrabi (w. 1465 di Jatinom Klaten); 5) Maulana Malik Israil (w. 1435 di Gunung
Santri Cilegon); 6) Maulana Muhammad Ali
Akbar (w. 1435 di Gunung Santri
Cilegon); 7) Maulana Hasanuddin (w.
1462 di samping masjid Banten
lama); 8) Maulana Aliyuddin (w.
1462 di samping masjid Banten
lama); 9) Syekh Subakir (w. 1462 di
Persia).
Walisongo periode kedua,
sidang kedua tahun 1436. Keputusannya: melengkapi komposisi kepengurusan yang
lowong. Maka masuk: 1) Sunan Ampel, mengganti posisi Maulana Malik Ibrahim yang
wafat; 2) Sunan Kudus (Ja'far Shadiq)
menggantikan Maulana Malik Israil yang wafat;
3) Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), mengganti posisi Ali Akbar yang wafat.
Walisongo periode ketiga,
sidang ketiga tahun 1463. Hasilnya:
melengkapi kepengurusan dengan memasukkan: 1) Sunan Giri, menggantikan
Maulana Ishaq yang pindah ke Pasai; 2)
Sunan Bonang, mengganti Maulana Hasanuddin yang wafat; 3) Sunan Kalijaga, mengganti posisi Syekh
Subakir yang kembali ke Persia; dan 4)
Sunan Drajat, mengganti posisi Maulana Aliyuddin yang wafat.
Walisongo perode keempat
sidang keempat tahun 1466, memasukkan : 1) Raden Patah, mengganti
Maulana Ahmad Jumadil Kubra yang wafat; dan 2) Fathullah Khan, mengganti
Maulana Muhammad al-Maghrabi yang wafat.
Walisongo periode kelima,
masuk nama Sunan Muria. Besar kemungkinan ia mengganti posisi Raden Patah
yang naik tahta menjadi Sultan Demak. Pada sidang kelima ini mereka
menentukan sikap terhadap kasus Sekh Siti Jenar.
Lepas dari benar-tidaknya
pendapat di atas, Walisongo yang disepakati para ahli sejarah, dan nama mereka
sudah terkenal luas di masyarakat berjumlah sembilan orang : 1) Maulana Malik Ibrahim; 2) Sunan Ampel; 3) Sunan Giri; 4) Sunan Bonang; 5) Sunan Drajat; 6) Sunan Kalijaga; 7) Sunan Muria; 8) Sunan Kudus; dan 9) Sunan Gunungjati.
C. KERAJAAN ISLAM DI SUMATRA
1. Kesultanan Samudera Pasai
Kesultanan Samudera Pasai yang terletak
di Lhokseumawe Aceh ini didirikan oleh Merah Silu tahun 1285,
dengan gelar Al-Malikus Shaleh.
Ia wafat tahun 1297, diganti
putranya dengan gelar Al-Malikul Zhahir. Di masanya, Samudera
Pasai mengalami masa kejayaan. Rakyat hidup makmur dan agama
Islam berkembang subur, dan menjadi pusat penyebaran Islam. Pada masa ini,
seorang pengembara Muslim yang bernama Ibnu Bathutoh pernah
singgah di Samudera Pasai.
Kerajaan Samudera Pasai
ditakluk-kan Portugis tahun 1521. Pada tahun 1524, di masa sultan terakhir
Zainal Abidin, kerajaan ini dianeksasi di bawah kerajaan Aceh Darussalam
di masa sultan Mughayyat Syah.
2. Kesultanan Aceh Darussalam
Kerajaan ini terletak di daerah
Aceh Besar, didirikan Muzhaffar Syah (1465 - 1497). Sejak
Malaka diduduki Portugis tahun 1511, kerajaan ini menjadi pusat perdagangan
yang ramai. Kerajaan Pidie yang bekerjasama dengan Portugis dan Samudera Pasai
ditaklukkan tahun 1524.
Kerajaan mengalami masa
kejayaan sewaktu diperintah sultan Iskandar Muda (1608 -
1637). Dari Aceh, Tanah Gayo yang berbatasan dan daerah Minangkabau berhasil
diislamkan. Sepeninggalnya, Aceh diperintah Sultan Iskandar Tsani. Penyebaran
dan pengkajian Islam maju dengan pesat. Setelah itu, Aceh diperintah Sultanah
(Ratu, wanita) sehingga kerajaan ini menjadi lemah dan kacau. Sekalipun
demikian, Aceh tetap berdiri sampai awal abad 20.
Pada jaman Aceh Darussalam ini,
sejak sultan Iskandar Muda, telah muncul para ulama yang besar pengaruhnya
dalam mewarnai corak pemikiran keislaman di Nusantara pada masa-masa
selanjutnya. Bahkan mereka diangkat sebagai Mufti kerajaan (Qoodhi
Malikul ‘Adil). Diantaranya: Hamzah Fansuri (dari Barus), Syamsuddin
as-Sumatrani (jaman Sultan Iskandar Muda), Sekh Nuruddin ar-Raniri (jaman
Iskandar Tsani), dan Abdurrauf Singkel, pengembang Tarikat Syattariyah (jaman
Sultanah Safiatuddin Syah),
D. KERAJAAN ISLAM DI JAWA
1. Kesultanan Demak
Raden Patah adalah putra Prabu
Brawijaya V, dari ibu muslimah keturunan Campa. R. Patah nyantri berguru kepada
Sunan Ampel, lalu dinikahkan dengan putrinya, Dewi Murtasimah. Dia diberi ayahnya
tanah perdikan di desa Glagah Wangi Bintoro (Demak). Di sanalah dia diangkat
menjadi Adipati oleh ayahnya dan mendirikan pesantren sebagai pusat penyebaran
agama Islam kepada masyarakat sekitar.
Perkembangan Islam di Jawa
bersamaan dengan lemahnya posisi Majapahit. Brawijaya V (1468-1478) lengser
akibat serangan Prabu Girindrawardhana dari kerajaan Kediri tahun 1478 M (ditandai candrasengkala:
Sirna Hilang Kertaning Bumi = tahun Syaka 1400 = 1478 M). Ia
mengangkat dirinya sebagai Brawijaya VI. Hal ini mendorong Sunan Ampel dan para Walisongo sepakat mengangkat Raden Patah
sebagai Raja pertama Kesultanan Demak pada tahun 1479 (candra sengkala: Geni
Mati Siniram Jalmi, artinya: kezhaliman lenyap dikalahkan kebenaran =
thn syaka 1401 = 1479 M), sebagai pengganti ayahnya, dengan gelar
Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin
Panotogomo.
Tahun 1512 M Girindrawardana
(Brawijaya VI) dilengserkan Prabu Udara dan mengangkat dirinya sebagai
Brawijaya VII. Pada tahun 1516 M, R. Patah menyerang Majapahit di bawah
panglima Sunan Kudus, dan berhasil melengserkan Prabu Udara (Brawijaya VII),
karena ia dipandang bekerjasama dengan Portugis, dan ini sangat merugikan Dakwah
Islamiyah Demak. Sejak saat itu, Kerajaan
Majapahit runtuh untuk selamanya, panji-npanji kebesaran (Pusaka
kerajaan) Majapahit diusung ke Demak,
dan Demak menjadi kerajaan yang berdaulat penuh pada tahun 1517 M..
Raden Patah wafat
tahun 1518, digantikan putranya, Adipati Yunus, yang bergelar Pangeran
Sabrang Lor. Pangeran ini wafat tahun 1521 M, lalu diganti adiknya,
Raden Trenggono.
Di bawah Sultan Trenggono (1521
- 1546 M), Demak mengalami masa kejayaan. Di bawah panglima
Syarif Hidayatulloh, Banten dilepaskan dari Pajajaran (1526 M), Portugis
berhasil diusir dari pelabuhan Sunda Kelapa (1527 M) dan pelabuhan Cirebon direbut dari
Pajajaran (1528). Alasan perebutan dari Pajajaran ialah karena Pajajaran
menandatangani perjanjian persekutuan secara rahasia dengan Portugis di istana
Pakuan Bogor
tahun 1522 M) yang dinilai sangat membahayakan Demak. Untuk memelihara
kelestarian kekuasaan Demak di Jawa Barat, Syarif Hidayatulloh (Sunan Gunung
Jati) diangkat sebagai penguasa daerah tersebut, setelah sebelumnya ia
dinikahkan dengan adiknya, Ratu Pembayun binti Raden Patah.
Sepeninggal Sultan Trenggono,
terjadi perebuatan tahta di Demak. Sunan Prawoto sebagai
penggantinya. Setahun kemudian ia dibunuh Arya Penangsang. Arya pun lalu
dikalahkan Mas Karebet alias Jaka
Tingkir. Akhirnya, Jaka Tingkir lah yang menjadi Sultan Demak, dengan
gelar Sultan Hadiwijaya.
Selama periode Demak, Dakwah
Islamiyah berkembang pesat. Tahun 1477 M Masjid Agung Demak
didirikan Walisongo. Penasehat Sultan (Wali-songo) menyodorkan strategi dakwah
yang jitu melalui pendekatan budaya seperti kesenian wayang, tradisi grebeg
sekaten, grebeg mulud, cerita-dongeng, sya'ir dan tembang mocopat,
dll.
2. Kesultanan Pajang
Sultan Hadiwijaya mengusung
pusat pemerintahan dari Demak ke wilayah pedalaman, Pajang. Dakwah Islamiyah
tetap berjalan dengan pendekatan budaya. Islam dikembangkan lebih bercorak
mistik, feodalistik dan sinkretistik (campur-aduk) antara nilai-nilai hindu-budha, kejawen, dan
Islam.
Tahun 1587 Sultan Hadiwijaya
wafat. Pembesar Demak mengangkat Arya Pangiri bin Sunan Prawoto
(menantu Sultan Hadiwijaya) sebagai
penggantinya, sementara Pangeran Benowo (putra Sultan) diangkat jadi
Adipati di Jipang.
Pangeran Benowo
yang merasa berhak jadi Sultan merasa tak puas, lalu minta bantuan Sutawijaya yang menjadi
Senopati dan Adipati Mataram, agar mengusir Arya Pangiri dari Pajang. Arya
Pangiri akhirnya ditawan, tapi ia diangkat lagi jadi Adipati Demak.
Dengan begitu, Pangeran
Benowo menjadi Sultan. Namun, setelah melihat kekuatan dan kecakapan
Sutawijaya dalam pemerintahan, Pangeran Benowo akhirnya menyerahkan tahta
warisan ayahnya kepada Sutawijaya tahun 1588, sementara ia menjauhi
politik, lalu memusatkan diri pada
dakwah Islamiyah dengan mendirikan pesantren di daerah pedesaan.
3. Kesultanan Mataram Islam
Mataram adalah wilayah hadiah
dari Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan tahun 1577, atas
jasanya membantu SultanH mengalahkan
Aria Penangsang dalam perebutan kekuasaan di Demak.
Tahun 1584 Sutawijaya
menggan-tikan ayahnya jadi Adipati Mataram. Tahun 1588 menjadi Sultan
pertama Mataram dengan gelar Senopati ing Ngalogo Sayidin Panotogomo, setelah menerima limpahan kekuasaan dari
Pangeran Benowo.
Sutawijaya wafat tahun 1601. Ia
digantikan oleh Mas Jolang, alias Pangeran Seda Krapyak,
sampai wafatnya tahun 1413. Ia diganti putranya, Mas Rangsang. Namanya
diganti Sultan Agung, dengan
gelar Senopati ing Ngalogo Sayidin Panotogomo Khalifatullah ing Tanah Jawa,
dan wafat tahun 1546.
Di masa Sultan Agung, Mataram
mengalami masa kejayaan. Hampir seluruh pulau Jawa dipersatukan di bawah
kekuasaannya. Ia adalah Sultan yang berjiwa besar, sangat cinta bangsa dan
tanah air, serta cukup baik pendalaman-nya terhadap ajaran Islam.
Sewaktu penjajah Belanda (VOC)
menguasai Jayakarta (Batavia), Sultan Agung dua kali (tahun 1528 dan 1529)
mengirim pasukan besar menyerang Belanda di Batavia, sekalipun mengalami
kegagalan.
Di Bidang Dakwah dan Budaya,
ia berhasil melakukan Akulturasi budaya, antara budaya Islam dan Jawa.
Diantaranya ia menciptakan "Serat Sastra Gendhing",
yang memadukan karya sastra jawa dan Islam. Ia juga menciptakan
almanak/kalender yang disebut Kalender Jawa, sebagai hasil
gabungan sistem kalender Syaka dan Hijriyah. Angka tahunnya
melanjutkan tahun syaka (1555), tetapi sistim hisab-nya memakai
perhitungan hijriyah (Qomariyah). Nama bulannya disesuaikan dengan peristiwa
didalam-nya,yaitu syuro, sapar, mulud, ba'da mulud, jumadil awal, jumadil
akhir, rejeb, ruwah, poso, syawal, dzulkaidah, besar. Tahun pertama dan tahun
barunya dimulai tanggal 1 syuro tahun jawa 1555, bertepatan dengan tanggal 8
Juli 1633 atau 1 Muharram 1043 Hijriyah.
4. Kesultanan
Banten dan Cirebon
Dalam salah satu versi, Syarif
Hidayatullah adalah berasal dari Pasai yang lama belajar agama di
Mekah. Saat Pasai dan Malaka dikuasai penjajah kafir Portugis, ia pulang dari Mekah
dan langsung ke Demak untuk berjuang melawan Portugis dan mengembangkan ilmunya
di Demak. Sultan Trenggono mengangkatnya jadi panglima memim-pin tentara Demak
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa tahun 1527, setelah sebelumnya ia menguasai
Banten (1526) dan akhirnya Cirebon (1528), dari tangan Pajajaran yang terbukti
bekerjasama dengan Portugis.
Setelah berhasil menguasai
Sunda Kelapa dan mengusir Portugis, ia digelari Fatahillah (kemenangan
dari Allah). Sunda Kelapa diganti Jayakarta, artinya kota kemenangan.
Dia dinikahkan dengan adik
Sultan, yakni ratu Pembayun binti R. Patah, dan diberi hak untuk memerintah dan
menyebarkan agama Islam di tiga daerah pesisir utara Jawa Barat tersebut.
Pada saat terjadi perebutan
tahta di Demak (1546), maka Banten dan Cirebon
melepaskan diri dari kekuasaan Demak dan Pajang, untuk menjadi kerajaan merdeka.
Setelah masa tua, Syarif
Hidayatullah yang terkenal dengan julukan Sunan Gunung Jati ini
memusatkan diri dalam dakwah Islamiyah di Jawa Barat, berkedu-dukan di Cirebon sampai wafatnya
tahun 1570. Sementara urusan Banten, ia serahkan kepada Hasanuddin
(putranya) pada tahun 1552.
Selama Hasanuddin memerintah,
Banten menjadi kerajaan besar. Dakwah Islamiyah berkembang pesat. Pelabuhan Banten menjadi pusat perdagangan ramai.
Lampung dan Bengkulu masuk menjadi wilayahnya.
Hasanuddin wafat tahun 1570,
sebulan setelah ayahnya wafat. Lalu ia diganti putranya, Maulana Yusuf (1570
- 1580). Di masanya, kerajaan Pajajaran yang beribukota di Pakuan Bogor
diserang tahun 1579, dan Prabu Sedah, raja terakhir Pajajaran tewas.
Sejak saat itu, kerajaan Hindu Pajajaran Gulung Tikar,
hilang dari peredaran sejarah.
Sementara wilayah
Cirebon, sepeninggal Sunan Gunungjati (1570), diperintah cicitnya,
yakni Pangeran Ratu sampai wafat tahun 1650. Lalu diganti Pangeran
Girilaya. Cirebon
kemudian berkembang menjadi pusat penyebaran Islam sampai abad-abad
selanjutnya.
E.
KERAJAAN ISLAM DI SULAWESI DAN MALUKU
1. Kesultanan Goa-Makassar.
Islam masuk ke Goa Makassar
berkat jasa para pedagang dan ulama asal Minangkabau, Datu' ri Bandang. Sejak
akhir abad ke-16, sudah banyak masyarakat yang masuk Islam, namun kerajaan
Islam ini resmi berdiri tanggal 22 September 1605 M dengan Sultan Alaudin
sebagai raja pertama yang memerintah
selama 33 tahun (1605-1639). Di masanya Islam mengalami perkembangan pesat.
Kerajaan Wajo dan Bone ditundukkan, sehingga wilayah kerajaan Goa hampir
mencakup wilayah Sulawesi,.
Raja kedua: Muhammad
Sa'id, memerintah selama 14 tahun (1639-1653). Lalu digantikan
putranya, Sultan Hasanuddin, memerintah selama 16 tahun (1653 -
1669). Di masa Hasanuddin, Kesultanan Goa - Makassar
mengalami puncak kejayaan, menjadi kerajaan yang tangguh dan kuat.
Penjajah Belanda (VOC) menjuluki Hasanuddin "Ayam Jantan dari Makassar", karena beberapa kali menyerang
benteng VOC, hingga armada Belanda kewalahan dan kocar-kacir.
Hasanuddin baru tunduk pada
Belanda setelah raja Bone, Aru Palaka, terbujuk Belanda untuk
bersama-sama menyerang Goa makassar.
2. Kesultanan Ternate
Raja Ternate yang pertama kali
masuk Islam adalah raja ke-19, bernama Sultan Marhum. Ia mengirim putranya yang
bernama Zainal Abidin ke Jawa untuk mempelajari Islam, langsung di bawah
bimbingan Sunan Giri. Sekembali-nya dari Giri, ia sebarkan Islam kepada rakyat Ternate.
Sepeninggal Sultan Marhum, ia
diganti sultan Zainal Abidin, kemudian diganti putranya, sultan Khirun.Sebelum Khairun jadi sultan,
penjajah Portugis yang punya
semboyan 3 G (Gold, Glory and
Gospel, alias : Emas, Kemasyhuran, dan Injil) sudah masuk ke
Ternate Maluku. Mula-mula bertujuan dagang, namun ujung-ujungnya ternyata ingin
menguasai kerajaan dan mengkristenkan rakyat. Untuk itu sultan Khairun berjuang
memerangi dPortugis dari Ternate, kemudian diteruskan putranya yang bernama
sultan Babulloh (1570-1583), sampai Portugis hengkang dari Ternate.
Kesultanan Ternate mulai pudar
setelah Indonesia
dalam penjajahan Belanda.
UJI KOMPETENSI
1. Sejak kapan Islam mulai
masuk ke Indonesia
! Jelaskan alasan / buktinya!
2. Sejak kapan Islam mulai
berkembang di Indonesia dan jelaskan alasannya!
3. Sebutkan dua jalur masuknya
Islam ke Indonesia!
4. Apa yang mendorong setiap
kaum muslimin untuk menyebarkan Islam !
5. Sebutkan, daerah mana yang
pertama kali kedatangan Islam antara abad 7-12!
6. Sebutkan 6 saluran atau
jalur proses Islamisasi di Indonesia
7. Siapa yang dipandang sebagai
pendiri pertama pesantren di pulau Jawa?
8. Kenapa masyarakat lebih
mudah menerima Islam lewat ajaran tasawuf!
9. Tersebarnya Islam di Jawa
adalah atas jasa Walisongo. Apa-siapa Walisongo tersebut! Dan sebutkan nama 9
nama yang terkenal!
10.Tahun berapa kesultanan
Demak berdiri! Ditandai candrasengkala apa?
11.Siapa yang mengangkat R.
Patah sebagai sultan pertama Demak? Dan jelaskan latar belakang pengangkatan!
12. Apa alasan R. Patah
menyerang dan meruntuhkan Majapahit tahun 1517?
13. Pada masa siapa Demak mengalami
kejayaan? Sebutkan jasa-jasanya !
14. Sebutkan jasa-jasa Demak
dalam mengembangkan dakwah Islamiyah!
15. Siapa pendiri kesultanan
Pajang? tahun berapa? Diperoleh dengan cara apa?
16. Jelaskan corak keislaman
yang dikembangkan kesultanan Pajang?
17. Apa yang dilakukan P.Benowo
me-nyangkut nasib Pajang tahun 1588?
18. Kapan kesultanan Mataram
berdiri? Siapa pendirinya? Diperoleh dengan cara apa? Pada masa siapa Mataram
mengalami masa kejayaan?
19. Sultan Agung memerintah
Mataram dalam rentang tahun berapa? Apa gelarnya?
20. Sebutkan jasa-jasa Sultan
Agung dalam pengembangan dakwah dan budaya!
21. Apa yang Anda ketahui
tentang Kalender Jawa?
22. Siapa pendiri kesultanan
Banten dan Cirebon?
Jelaskan, apa penyebab berdirinya?
23. Sebutkan jasa sultan Hasanuddin
selama memerintah Banten?
24. Siapa pendiri kesultanan
Samudera Pasai? Tahun berapa berdiri?
25. Di masa siapa Samudera
Pasai mengalami kejayaan? Siapa pengem-bara Muslim yang pernah singgah!
26. Kapan Samudera Pasai ditaklukkan Portugis, dan kapan dilebur
kedalam kesultanan Aceh Darussalam!
27. Siapa pendiri kesultanan
Aceh Darus-salam? tahun berapa?
28. Pada masa sultan siapa Aceh
Darussa-lam mengalami kejayaan? Dan apa jasanya dalam dakwah Islamiyah!
29. Sejak kapan Aceh Darussalam
menjadi lemah, mundur dan kacau?
30. Sebutkan 4 ulama besar di
masa kejayaan Aceh Darussalam?
31. Siapa yang berjasa dalam
penyebaran Islam di Sulawesi?
32. Kapan kesultanan
Goa-Makassar berdiri? Siapa pendirinya dan apa jasanya?
33. Siapa yang dijuluki “Si
Ayam Jantan dari Makassar”? Jelaskan
alasannya!
34. Siapa sultan Ternate yang
pernah dikirim belajar agama ke Giri?
35. Siapa yang berjasa
mengobrak-abrik dan mengusir Portugis dari Ternate Maluku?
36. Apa semboyan Portugis dalam
menjajah daerah -daerah di Nusantara! Jelaskan !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar